BLORA Jateng, tribuntipikor.com
Pasca musim hujan, menurut Supardi kantor Komisi A DPRD Kabupaten Blora Jawa Tengah, menyedihkan serta mengenaskan. Saat hujan terjadi banjir. Tembok ruangan disamping menjamur juga berantakan. Tak terawat sama sekali. Harapannya segera dilakukan perbaikan.
Hal itu disampaikan Supardi selaku Ketua Komisi A DPRD Blora disela sela waktunya diruang Komisi A, pihaknya mengaku setiap kali hujan, ruang Komisi A DPRD selalu banjir. Air nya Mengenaskan dari atas berjatuhan dan mancur hingga membasahi ruangan.
“Sudah lama. Bocor nemen (red). Tiap hujan, air pasti masuk,” terangnya.
Dia menambahkan, kondisi ruangan komisi A DPRD Blora saat ini sangat tidak nyaman untuk dipakai beraktifitas. Dindingnya sudah menjamur juga rusak. Tak terawat. Saat hujan ruangan basah akibat bocor. Padahal ada anggaran perawatan di sekretariat.”
“Alasannya masih menunggu lelang. Tapi kok dari kemarin ndak ada tindak lanjut. Harusnya bisa diperbaiki secepatnya. Nilainya juga di bawah Rp 200 juta. Bisa penunjukan langsung,” tegasnya.
Supardi mengaku malu dengan OPD saat rapat dan lain sebagainya. Apalagi komisi A membidangi pemerintahan. Mitranya paling banyak.
“Isin. Malu dengan kondisi ruangan seperti ini. Rusak sudah lama. Kondisi Tidak nyaman. Mitra paling banyak, coba bayangkan,” imbuhnya.
Dia berharap, ruangan tempatnya kerja bisa segera diperbaiki. Tidak usah bertele-tele. Anggaran juga sudah ada.
“Sejak tahun 2021 sudah ada. Tapi tidak digunakan. Tahun ini juga dianggarkan kembali,” tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris DPRD Blora Catur mengaku, banjir di ruang Komisi A DPRD disebabkan talang yang bocor. Tahun 2021 sudah dianggarkan. Namun saat hendak direalisasi ada rencana pembangunan gedung. Sehingga anggaran tidak jadi digunakan. Kembali ke khas daerah. Jadi Silpa.
“Tapi tahun ini belum jadi ada pembangunan,” imbuhnya.
Di perubahan sudah dianggarkan. Rencana tahun 2022 diusulkan gedung, maka rehabnya tidak jadi. Sehingga tidak terserap. Dikembalikan ke kas daerah. Tahun 2022 ini sudah dianggarkan. Perawatan gedung. Pelaksanaannya tunggu lelang.
“Meski dibawah Rp 200 juta saya menghendaki tetap masuk LPSE dulu. Rencananya, pelaksanaannya kalau LPSE sudah terbit,” imbuhnya.
Sebenarnya, kemarin sudah dilakukan penanganan darurat. Dengan membongkar talang. Namun ternyata masih bocor dan tambah besar.
“Saya kurang tahu sejak kapan kondisi tersebut. Sebab saya kesini sudah seperti itu.” ungkapnya. (Kin).
Reporter: Lali Surya Mandala
Editorial: Solikin.gy