Bandung, tribuntipikor.com
Pada Pemilu 2018 Prana Rifsana, seorang aktivis buruh, pendiri Serikat Pekerja Bank Permata dan JARKOM SP Perbankan menjadi salah satu calon legislatif dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapil Subang Sumedang Majalengka, dan di tahun 2020 pernah ditawarkan untuk menjadi Ketua DPW PSI Jawa Barat namun Prana menolak tawaran itu, lalu di tahun 2021 Prana keluar dari PSI dan bergabung ke Partai Buruh.
Apa yang membuat Prana akhirnya memilih pindah ke Partai Buruh?
Ketika dimintai keterangannya Ayah dua anak ini menyampaikan bahwa selama dia menjadi calon legislatif PSI konsep konsep tentang ketenagakerjaan-lah yang selalu diusungnya. Pada saat itu menurut dia hanya PSI yang cocok utk memperjuangkan nasib-nasib buruh Indonesia.
Namun seiring dengan waktu, ada sesuatu yang lain dan bertolak belakang dengan hati dan idealismenya sebagai seorang aktivis buruh.
Sikapnya untuk memutuskan keluar dari PSI mengental ketika Undang Undang Cipta Kerja berlaku, Prana yang tidak pernah absen turun kejalan dalam melakukan aksi-aksi penolakan Omnibus Law yg saat ini dikenal dengan UU Cipta Kerja merasa mendapatkan pukulan telak dari Pemerintah dan Wakil Rakyat.
Beberapa bulan setelah UU Cipta Kerja berlaku, dibantu oleh kawan2 SP Danamon Prana ber-inisiatif mencoba mencari jalan keluar perjuangan buruh selanjutnya, dan melalui jaringan Koalisi Pekerja Perbankan (KPP) yang dibentuknya (saat ini bernama KPJK atau Koalisi Pekerja Jasa Keuangan), bekerjasama dengan AJI Indonesia Prana mengumpulkan para pemimpin konfederasi dalam sebuah diskusi yang diberikan tema “Benarkah, Buruh Bersatu Tak Bisa Dikalahkan?”,
Diskusi yang dilaksanakan dalam rangka hari Kebangkitan Nasional tersebut dihadiri oleh Ketua Umum KPBI (Ilhamsyah), Wakil Presiden KSPI (Rusdi), Ketua Umum KASBI (Nining Elitos) dan Presiden KSPSI (Andi Gani), sebagai momen refleksi atas pukulan telak kepada buruh atas berlakunya UU Cipta Kerja, lalu langkah2 perjuangan pergerakan buruh berikutnya.
Setelah beberapa bulan diskusi berakhir Prana mendapatkan kabar para pimpinan- pimpinan konfederasi berkumpul, termasuk KSBSI, untuk membahas rencana membangun kembali Partai Buruh yang pernah didirikan oleh Almarhum Mukhtar Pakpahan.
Pertemuan para pimpinan konfederasi tersebut memberikan angin perubahan baru pergerakan buruh, berselang setelah itu Prana bergabung dalam Komite Politik – KPBI dan langsung memutuskan untuk keluar dari PSI, diikuti oleh kawan-kawan PSI lainnya di Kabupaten Subang dan Sumedang, dan hadir pada saat Kongres Partai Buruh 4-5 Oktober 2021.
Saat ini Prana dipercaya menjadi Ketua Eksekutif Komite Partai Buruh Kota Bandung, begitupula dengan kawan-kawan PSI lainnya yang dipercaya menjadi salah satu pengurus di Komite Eksekutif Kabupaten.
Ada satu keyakinan Prana dan seharusnya kawan-kawan seluruh pengurus serikat buruh/pekerja juga demikian, bahwa idealisme serikat buruh atau serikat pekerja sama persis dengan idealisme Partai Buruh, hanya cakupannya menjadi lebih luas dan kompleks di Partai Buruh.
Ketika kita sulit untuk melakukan penekanan-penekanan memperjuangkan nasib buruh melalui aksi massa, maka masuk ke parlemen adalah salah satu alternatif perjuangan.
Melalui Partai Buruh kita bisa membuahkan undang-undang yang Pro Rakyat, bukan undang-undang yang seakan-akan Pro Rakyat namun faktanya hanya menguntungkan pengusaha dan kaum oligarki.
Awal tahun 2022 ini Partai Buruh Bandung sudah memiliki 90% kepengurusan tingkat kecamatan, sebagai modal untuk berjuang lolos verifikasi KPU dan Parlemen Treshold.
We Are The Working Class.