Gus Asim: Tidak Elok dan Tidak Etis, Seorang Wartawan Menulis Profesi Wartawan.

BOJONEGORO, tribuntipikor.com

Gus Asim selaku pengamat Sospol & Budaya Indonesia berikan pandangan terkait istilah “jeruk minum jeruk” (red) wartawan memberitakan profesi wartawan dengan kata kalimat memburu Rupiah. “Yang mana Rupiah merupakan sebuah nama mata uang Negara, yang mempunyai hak paten berdasarkan UU,” Senin. 11/10/2021. Pukul 11.10Wib.

Dalam pandangannya Gus Asim mengatakan, Seorang wartawan menulis dan atau memberitakan profesi wartawan itu jelas-jelas tidak elok dan sangat tidak etis, apapun dasar alasannya. Mengapa ini terjadi di wilayah kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, yang notabene bersamaan dengan pucuk pimpinan “Bupati dan Wakil Bupati” sedang ada permasalahan adanya pengaduan pencemaran nama baik.

Gus Asim juga mengatakan, bahwa wartawan ataupun jurnalis yang mana telah berkiprah melakukan profesinya dalam merilis sebuah pemberitaan di media online, apalagi yang ditulis adalah sebuah profesi wartawan dinama termasuk profesinya sendiri, tentunya kurang elok atau tidak etislah. Jelasnya.

Di penyampaian nya Gus Asim pun mengatakan, di karenakan Hal itu telah santer disampaikan oleh banyak Kalayak publik, diberbagai belahan masyarakat umum, instansi di Desa maupun di Kota, bahkan bisa sampai di belahan nasional atau pun mungkin juga internasional.

Olehnya dalam menanggapi hal itu, dengan adanya beberapa wartawan atau jurnalistik, yang sepakat bersama di berbagai media online, yang langsung merespon dan menindak lanjuti dengan mencoba mengklarifikasi, berkoordinasi dan konfirmasi dengan kepala desa yang mempunyai wilayah sesuai dengan foto asli yang bukan ilustrasi sebagai simbul pemberitaan tersebut, sudah bagus dan tepat sebagai kepedulian se-profesi sebagai wartawan.

Dalam pandangannya Gus Asim, disini apabila dari hasil menurut keterangan Kades yang mempunyai wilayah mengatakan, bahwa betul foto yang di pakai membuat berita itu asli saat adanya prosesi pelantikan Perades di wilayahnya, dan bukan sebuah foto ilustrasi, ya silahkan dilanjutkan saja untuk mencari bukti-bukti yang lain guna mencapai kebenarannya. Ucapnya.

“Apalagi Kades sudah bertanggung jawab penuh adanya foto atas perangkatnya, ditambah tidak adanya ijin, tidak ijin atau klarifikasi di unggahnya berita itu oleh pak Kades, yang mana berita itu masuk unsur di wilayahnya.” Ulas Gus Asim.

Menurut pandangan Gus Asim selaku pengamat Sospol & Budaya Indonesia, keanehan-keanehan yang didapat dalam perjalanan konfirmasi itu, bisa dipakai acuan sebuah solusi dalam memberikan pandangan pada sipembuat berita tersebut untuk klarifikasi, termasuk masukan dan pandangan pak Camat.

Dipenghujung Gus Asim mengharapkan, agar segera mungkin sipembuat berita itu menghapus berita tersebut, guna kebaikan seluruh wartawan yang ada di kabupaten Bojonegoro, mis-mis komunikasi seperti ini jangan sampai terulang lagi, dengan dasar apapun itu tidak elok dan tidak etis untuk kebersamaan. Jangan sampai wartawan justru menjadi bahan tertawaan, dan dapat di ombang-ambingkan oleh sebuah kepentingan. (Ipung)

Editor: M.Solikin.gy

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *