Sumbawa Besar NTB
tribun Tipikor.com —
Ini wejangan dari Totok Suryanto. Wakil Ketua Dewan Pers periode 2025–2028. Ia bicara dengan tegas. Ia tidak ingin pers kehilangan arah.
“Pers itu harus punya prinsip,” katanya dalam suatu kesempatan.
Prinsip pertama, pers bukan oposisi. Kalau oposisi, ia hanya akan sibuk mencari yang jelek-jelek. Padahal tugas pers bukan itu.
Prinsip kedua, pers bukan kekuasaan. Kalau sudah jadi bagian dari kekuasaan, pers akan berubah jadi corong. Jadi humas. Jadi PR. Hilanglah daya kritisnya.
Maka, posisi pers seharusnya jelas. Di tengah. Tidak ikut jadi musuh. Tidak juga jadi juru bicara. Pers hanya satu. Mewakili publik.
Itu berarti, bicara apa adanya. Kadang pahit. Kadang menyakitkan. Tapi jernih.
Publik butuh tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bukan apa yang ingin didengar penguasa. Bukan juga apa yang diinginkan oposisi.
Di situlah pers menjadi penting: menyuarakan kebenaran yang jernih. Tidak boleh diganggu. Tidak boleh ditarik ke sana ke mari.
Pers, kata Totok, harus tetap independen. Tetap kritis. Tetap berpihak pada kepentingan publik.
Kalau sudah begitu, barulah pers bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa? Kalau mau pasti kita bisa. (dkd/ ,Irwanto)