,Kabupaten Bekasi,pebayuran –tribun tipikor.com
Ditengah lonjakan harga cabai yang terus menekan daya beli masyarakat, sekelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) 2025 hadir membawa solusi inovatif dan ramah lingkungan. Berlokasi di Kampung Rumbia RT 005/003, Desa Karangreja, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, para mahasiswa menggagas program budidaya cabai skala rumah tangga berbasis wick system.
Metode wick system merupakan teknik tanam menggunakan sumbu air dari kain perca dengan wadah galon bekas sebagai media tanam. Cara ini tidak hanya efisien dalam penggunaan air dan lahan, tetapi juga mendorong pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi sesuatu yang produktif.
Surya, selaku Ketua Kelompok 5 Mahasiswa KKN Unsika, Mengatakan bahwa Program ini menjadi jawaban atas keresahan masyarakat terhadap fluktuasi harga cabai yang kerap melonjak tajam. Mahasiswa KKN Unsika mendorong warga untuk mulai mandiri secara pangan melalui praktik bertanam cabai yang sederhana, murah, dan mudah dilakukan di rumah masing-masing.
“Tujuan kami bukan sekadar menanam cabai, tetapi menanam kesadaran akan kemandirian pangan dan pentingnya memanfaatkan limbah rumah tangga secara bijak,” ungkap Surya,
Kegiatan sosialisasi diikuti oleh lebih dari 30 peserta yang didominasi oleh ibu rumah tangga. Warga tampak antusias mengikuti setiap tahapan praktik mulai dari persiapan media tanam, pengisian nutrisi, hingga teknik perawatan tanaman.
Salah satu Warga Nenti ( 56) mengungkapkan rasa syukurnya,
“Terima kasih atas ilmunya. Selama ini kami hanya membeli, sekarang kami bisa mencoba menanam sendiri. Mudah-mudahan hasilnya bisa membantu kebutuhan dapur,” ujarnya penuh harap.
Setiap peserta mendapat satu paket galon tanam lengkap dengan media tanam, kain sumbu, dan bibit cabai. Mahasiswa juga membagikan panduan perawatan tertulis agar warga bisa melanjutkan praktik tersebut secara mandiri di rumah.
Inisiatif ini tidak hanya menjadi ajang transfer ilmu, melainkan juga membangun fondasi menuju desa yang mandiri pangan dan berwawasan lingkungan. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas, warga diajak untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan dan produktif dalam skala rumah tangga.
Kegiatan ditutup dengan harapan besar: agar gerakan kecil ini menjalar ke dusun-dusun lain dan menjadi inspirasi kolektif masyarakat untuk bergerak bersama membangun kemandirian.
“Kami percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Dari satu galon cabai, bisa tumbuh kemandirian. Dari satu dusun, bisa tumbuh gerakan,” pungkas Surya.
Dengan kolaborasi aktif antara mahasiswa dan warga, Desa Karangreja kini tak hanya menanam cabai, tetapi juga menanam harapan bagi masa depan desa yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
( Awaludin Budiono )