Sejumlah petani mengeluhkan tentang kondisi sawahnya tergenangi air, berdampak akibatkan hasil panenan tidak maksimal, bahkan bisa gagal panen.
Nganjuk Jatim, tribuntipikor.com //
Dampak jebolnya tanggul saluran air Afor B 24 menuju kearah timur tepatnya di Dusun Kandangan berdekatan KW 133 B ini mengalami kebocoran besar, bahkan terlihat air mengalir deras tak ada henti hentinya, hal itu menjadikan arus air terus menggenangi hektaran sawah penduduk setempat sehingga akibatkan produksi petani merosot serta petani menanggung kerugian gagal panen.
Usut punya usut tampaknya hal itu disebabkan adanya tanggul saluran dari Afor B 24 di areal Dusun Tambakrejo (Kalimati), Desa Sambirejo, Kecamatan Tanjunganom terusan menuju kearah timur, tepatnya barat Statsiun Baron kurang lebih 100 m terlihat plengsengannya telah putus, rusak parah, hingga kropos, air tembus bocor.
Berjalannya waktu, ternyata setelah di tambal, tak lama retakan kembali membesar dan kebocoran besar tak terhindarkan.
Informasi dari sumber kuat didapat bahwa pada tahun lalu 2024, tanggul saluran air dari Afor B 24 ini pernah bocor namun oleh PU Pengairan hanya ditanggulangi secara manual tanpa memperbaiki plengsengannya yang sudah pada retak, sehingga dan saat ini kebocoran tetap terjadi dan jebol pada sekitar areal tempat tersebut.
Sumber sangat meyayangkan terkait hal ini sepertinya dari Dinas Pengairan tidak sungguh-sungguh dalam mengatasi masalah itu karena hanya dibalut dengan glangsing berisi pasir saja, terindikasi ada unsur pembiaran dan terkesan tak berpihak pada petani.
“Sementara dari dampak tersebut asumsi publik memprediksikan bahwa akibat kebocoran tersebut kerugian nya mencapai puluhan hektar sawah, sedangkan hasil panen tanaman padi adalah bagian untuk swasembada pangan daerah.
Disisi lain, salah satu sumber berinisial AS menyampaikan bahwa dampak dari adanya perbaikan tambal sulam tersebut membuat tidak kuatnya menahan kebocoran air yang lewat dari retakan sehingga jebol. Dan semestinya tanggul itu direhab atau dibangun kembali, bukan ditambal-tambal. Ungkapnya.
Hal itu juga mengingat bilamana masuk musim kemarau sawah-sawah jadi kering tak ada irigasi sehingga para petani tetap membikin ondrongan lalu sebaliknya karena kebocoran tak pernah teratasi sebabkan air tetap menggenangi sawah terus.
Berkaitan hal ini dan hingga berita ini diunggah, Rusdi selaku Kabid Pengairan, ketika dikonfirmasi oleh awak media tentang hal tersebut diatas pada Rabu 14 Mei 2025 pukul 14:09 Wib. melalui sambungan telepon WhatsAppnya berdering namun tidak diangkat. (Lmn/tut)
Editorial: Solikin Korwil Jatim