Bandar Lampung Tribun Tipikor.com
Minggu (20/04) — Di tepi Danau Malahayati yang tenang, haru menyeruak di antara senyum para ibu dan anak yatim yang hadir. Di sanalah, Dr. Muhammad Kadafi, S.H., M.H., Rektor Universitas Malahayati, kembali membuktikan bahwa kasih sayang dan kepedulian bukan sekadar kata, tetapi hadir dalam bentuk nyata.
Seperti pekan-pekan sebelumnya, Bang Dafi—begitu beliau akrab disapa—melaksanakan agenda mulianya: menyantuni anak-anak yatim dan ibu-ibu mereka. Hari ini, giliran anak-anak dan ibu yatim dari Kecamatan Tanjung Karang dan Tanjung Senang, Bandar Lampung yang menerima sembako dan perhatian penuh cinta.
Namun santunan ini bukanlah hal baru. Sudah bertahun-tahun lamanya, Universitas Malahayati di bawah kepemimpinan Dr. Kadafi menjadikan kepedulian kepada anak yatim sebagai bagian dari jiwanya. Tidak hanya membantu dengan sembako, tetapi juga dengan pendidikan, pekerjaan, bahkan ibadah.
“Kalau ada adik yatim yang berprestasi, ibunya saya berangkatkan umroh. Karena saya percaya, kesuksesan seorang anak lahir dari doa dan perjuangan seorang ibu,” ucapnya, membuat banyak ibu tak kuasa menahan air mata.
Hingga kini, lebih dari 1.300 anak dan ibu yatim di Provinsi Lampung telah menjadi binaan Universitas Malahayati. Anak-anak itu tak hanya diberi harapan, tapi juga masa depan—banyak dari mereka telah disekolahkan hingga jenjang perguruan tinggi, bahkan ada yang berhasil menyelesaikan pendidikan S2. Sementara para ibunya, tak sedikit yang kini diberdayakan dan bekerja di lingkungan kampus, agar mereka bisa menjalani hidup dengan lebih layak dan bermartabat.
Di tengah kesibukannya sebagai akademisi, pengusaha, dan tokoh masyarakat, Bang Dafi selalu menyempatkan waktu untuk hadir bersama mereka yang kehilangan sosok ayah, dan ibu yang berjuang sendiri. Di matanya, anak-anak yatim bukan objek bantuan—mereka adalah amanah dan titipan Tuhan yang harus dijaga, dibesarkan, dan diberdayakan.
Dan di setiap pelukan yang ia berikan, di setiap sembako yang ia bagikan, ada harapan yang tumbuh: bahwa masa depan anak-anak yatim itu akan tetap terang, selama masih ada hati yang peduli.
(Tim)*