Bandung, tribuntipikor.com
Kisah Sukses Bank Sampah Berseri Nyengseret, Olah 791,2 Kilo Sampah Anorganik Dalam 10 Hari
Bank Sampah Berseri di Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, terus mencatatkan kesuksesan dalam mengelola sampah anorganik. Dalam 10 hari terakhir, Bank Sampah Berseri berhasil mengelola sebanyak 791,2 kg sampah anorganik yang berasal dari warga.
Program Bank Sampah Berseri mulai berjalan sejak 22 Juni 2023. Hingga saat ini telah mengumpulkan lebih dari 18 ton sampah anorganik. Proses pengelolaan sampah di bank ini terorganisir dengan baik, mulai dari penimbangan sampah, penghitungan jumlah yang disetorkan, hingga konversi sampah menjadi rupiah.
Sampah yang dikumpulkan oleh nasabah bank sampah nantinya akan dijual, dan hasilnya bisa ditabung atau langsung diterima dalam bentuk uang tunai.
“Dengan adanya bank sampah ini, perekonomian warga semakin terbantu. Sampah yang biasanya dianggap sebagai masalah, sekarang menjadi sumber penghasilan tambahan,” ungkap Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Nyengseret, Fahmi Hafizah Novianti.
Beberapa warga bahkan menggunakan hasil dari penjualan sampah ini sebagai modal untuk usaha kecil-kecilan.
Bank Sampah Berseri menerima berbagai jenis sampah anorganik, seperti plastik, kertas, dan logam, dengan beragam konversi harga. Setiap nasabah bank sampah bisa menabung sampah mereka untuk diolah lebih lanjut atau dijual.
Selain itu, proses pengumpulan sampah secara berkala dilakukan oleh petugas yang bekerja sama dengan Bank Sampah Bersinar sebagai bank induk.
Selain Bank Sampah Berseri, Kelurahan Nyengseret juga memiliki inovasi lain dalam pengelolaan sampah, yakni program Sidak Panik (Simpan Candak Jemput Sampah Organik). Layanan ini memberikan kemudahan bagi warga yang ingin membuang sampah organik, di mana petugas akan menjemput sampah tersebut langsung dari rumah.
Sejak diluncurkan setahun lalu, program Sidak Panik telah berhasil mengelola lebih dari 25 ton sampah organik.
Pengelolaan sampah organik di Kelurahan Nyengseret juga sangat unik karena menggunakan metode magotisasi, yaitu menggunakan larva lalat (maggot) untuk mengurai sampah organik.
Sisa hasil maggot bisa dijadikan pupuk kompos. Sedangkan maggotnya digunakan sebagai pakan ternak. Selain maggotisasi, komposter juga digunakan untuk mengelola kelebihan sampah organik.
Melalui sosialisasi intensif dan pendekatan door-to-door, baik Bank Sampah Berseri maupun Sidak Panik berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah sampah.
Meskipun pada awalnya cukup sulit, kebiasaan memilah sampah kini mulai mengakar di tengah masyarakat Nyengseret.
Program pengelolaan sampah di Kelurahan Nyengseret ini tidak hanya membawa dampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan warga.
“Kami berharap program seperti ini dapat diimplementasikan di kelurahan lain, sehingga masyarakat luas bisa merasakan manfaatnya,” pungkasnya (Nur nt)