Terbukti!! Buruan Sae Berperan Mengendalikan Inflasi Kota Bandung, Ini Penjelasannya

Kota Bandung, tribuntipikor.com

Berbincang Informasi dan Edukasi bersama Kadis DKPP ( Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung ), H. Ir. Gin Gin Ginanjar perihal Inflasi Kota bandung tahun 2022 menembus 7.45% dan ini merupakan capaian yang cukup tinggi paling tidak selama 2 tahun ini dan cukup mengejutkan karena dari awal Januari sampai dengan Nopember 2022 inflasi Kota Bandung relatif terkendali bahkan sampai rata-rata dibawah 5%.

Jauh-jauh hari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung (DKPP) turut menjaga stabilitas inflasi tersebut sesuai dengan urusan dan kewenangannya yaitu melalui penguatan ketahanan pangan melalui penyediaan dan pengembangan pangan lokal terutama dari sisi akses pangan maupun menjaga stabilitas harga.

“Melalui gerakan Buruan SAE atau urban farming terintegrasi yang secara bertahap mulai banyak diminati dan disukai masyarakat warga kota Bandung, khusus pangan yang berpengaruh terhadap inflasi atau pangan bersifat volatil seperti cabe merah besar/cabe rawit kecil maupun bawang merah, masyarakat Buruan SAE sudah terbiasa menanam dan mengembangkan pangan tsb. Hari ini sudah berkembang sejumlah 335 kelompok Buruan SAE yang tersebar di 151 Kelurahan dan mampu memenuhi kebutuhan pangan kelompok rumah tangga di lingkungannya dan sekitar bahkan mampu menjadikan sebagai bagian dari ekonomi keluarga maupun masyarakat.
Dalam penguatan inflasi melalui bantuan dan support penuh dari Bank Indonesia perwakilan Jabar, keberadaan Buruan SAE diperkuat dengan membangun kampung-kampung inflasi organik tower garden (OTG) yang tahap pertama ini sebanyak 1.500 unit dengan komoditi bawang merah dan cabai rawit yang tersebar untuk 30 kelompok di 30 Kecamatan se-Kota Bandung. Setiap kelompok mengelola 50 unit Organik Tower Garden,” Jelas Kadis DKPP, Gin Gin Ginanjar, di Jl. Arjuna No.45, Husen Sastranegara, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Kamis, 11/01.

Lanjut Kadis, dengan kegiatan ini diharapkan dapat menambah nilai produksi berupa bawang merah dan cabai rawit yang merupakan komoditas pertanian yang rentan terhadap gejolak inflasi. Dengan adanya Kampung OTG diharapkan dapat meningkatkan hasil baik dari segi kuantitas ataupun nilai ekonomi dari kelompok Buruan OTG adalah media tanam yang dibuat dari susunan ember bekas yang menyerupai tower dan dilubangi sebagai tempat tanam bawang merah dan sekaligus berfungsi sebagai tempat olahan sampah organik/sampah dapur menjadi kompos, sehingga memiliki dwifungsi; selain sebagai media tanam juga sebagai tempat pengolahan sampah organik/sampah dapur.
Manfaat pengembangan OTG juga efisiensi lahan yang cukup tinggi, dalam satu unit OTG terdapat 42 lubang tanam tanaman bawang merah sehingga efisiensi cukup tinggi jika di kalkulasikan dengan menggunakan lahan terhampar.

“Jika menggunakan polibag, tanaman bawang menggunakan polibag ukuran 30 x 40 cm dengan jumlah umbi yang di tanam 3 buah (red.sumber, jambi.litbang-pertanian.go.id).,” tambahnya.

Asumsi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Gin Gin Ginanjar, dengan jumlah tanaman sebanyak 42 buah untuk setiap unit OTG di harapkan dapat menghasilkan ± 1 Kg sehingga untuk tahap awal diharapkan dapat menghasilkan 1,5 Ton Bawang merah dari program Kampung OTG.

“Pelaksanaan Kampung Organik Tower Garden (OTG) di mulai pada bulan Oktober dengan penyerahan bantuan dari Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat untuk 30 kelompok Buruan SAE. Pada pertengahan bulan Januari 2023 sebanyak 16 kelompok sudah memasuki masa panen serentak dan rencana akan di pusatkan di Kelompok Buruan SAE Taruna 08 Kelurahan Kujang Sari Kecamatan Bandung Kulon, 14 Kelompok lainnya diperkirakan akan panen pada pertengahan bulan Februari tahun 2023. Hal ini tentunya akan membantu masyarakat akan harga bawang merah yang mulai naik dan akhirnya inflasi dari sisi pangan bisa dikendalikan,” keterangannya.

Gin Gin Ginanjar memaparkan, selain terus memasifkan gerakan Buruan SAE dengan tentunya bantuan dan support dari berbagai pihak terutama pemerintah kota karena yang ada saat ini baru perintisan bahkan mungkin dampak secara kota belumlah terasa tetapi Gerakan ini perlu terus dilanjukan dan dikembangkan karena inilah saha satu upaya pemerintah kota Bandung yang terlihat nyata hasil dan manfaatnya bahkan dengan Buruan SAE tidak hanya sekedar ketahanan pangan yang terbangun tetapi bagaimana pembangunan sosial budaya masyarakat kota Bandung terbentuk, budaya gotong royong, saling memberi dan mambantu, bahkan Buruan SAE dapat mengintervensi masyarakat rentan pangan maupun stunting dan ini mulai terlihat dari beberapa apresiasi dan penghargaan yang diterima Buruan SAE terkait dengan hal tersebut.

“Selain penguatan Buruan SAE melalui kampung inflasi OTG, DKPP sejak awal 2022 mulai melaksanakan ‘Gelar Pangan Murah’ sejenis pasar murah dengan berbagai jenis pangan hortikuktur dan kebutuhan pokok masyarakat yang lebih lengkap dengan harga yang lebih murah dari harga pasar karena secara khusus mendapatkan subsidi dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan sudah dilaksanakn hampir di 30 Kecamatan dan tentunya tahun ini dan kedepan akan terus dilakukan kolaborasi dengan Bapanas dengan sasaran yang lebih spesifik yaitu wilayah kelurahan yang rentan pangan atau wilayah stunting. Dimana, mendapatkan fasilitasi distribusi pangan baik dr dkpp prov jabar maupun Bapanas yg menjadikan harga pangan menjadi jauh lebih murah dibanding harga pasar” jelasnya.

Lanjut Kadis, Kita berharap Gerakan Buruan dan kegiatan lainnya untuk menunjang ketahanan pangan dan pengendalian inflasi ini dapat terus berjalan dan berkembang lebih massif lagi dan kita punya keyakinan dengan kebersamaan, kolaborasi dan saling membantu Kota Bandung dapat mewujudkan ketahanan pangan bagi dirinya.

“Mari mewujudkan ketahanan pangan bagi dirinya, keluarga dan lingkungannya terakhir terbangun ketahanan kemandirian pangan kota bandung,” pungkasnya.

Red

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *