SMPN 1 Wirosari Rayakan HUT ke 62, Gelar Pertunjukan Wayang Kulit dan Deklarasi Sekolah Ramah

Puncak HUT ke-62, SMPN 1 Wirosari Gelar Pentas Seni Wayang Kulit 3 Dalang dan Deklarasi Sekolah Ramah

Ultah ke-62, SMPN 1 Wirosari Gelar Pertunjukan Wayang Kulit : Banyak Pesan Moral

GROBOGAN, tribuntipikor.com

Puncak acara ulang tahun atau Dies Natalis SMP Negeri 1 Wirosari ke-62 yang jatuh pada Rabu, 25 Mei 2022 menggelar pertunjukan wayang kulit menghadirkan 3 Dalang diantaranya Ki Didik Sudrajat,S.SN, Ki Raden Ahmad Canavaro Heriyanto dan Ki Madya Kuncoro, S.SN dengan menampilkan lakon Wiroto Parwo (Wirata Parwa). Disamping itu mengusung tema besar yaitu Deklarasi Sekolah Ramah Anak SMPN 1 Wirosari.

Acara yang digelar di GOR sekolah setempat mengundang perhatian para peserta yang hadir, pasalnya Ki Raden Ahmad Canavaro selaku Dalang cilik yang tampil pada acara tersebut adalah siswa kelas 7 SMP N 1 Wirosari.

Acara tersebut dihadiri oleh para siswa aktif, alumni dan para guru. Serta tamu undangan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Forkompincam.

Menurutnya Lakon Wiroto Parwo (Wirata Parwa) selain ceritanya yang menarik juga banyak ajaran atau pesan moral tentang kehidupan di masa modern. Dalam lakon ini ada tokoh-tokoh yang keras kepala, selalu ingin berkuasa, bijak, baik hati, selalu menolong, tenggang rasa, selalu menghindari konflik, sabar, humoris, dan lain sebagainya.

Lakon tersebut juga mengandung filosofis yang berkaitan dengan makna atau hakekat pendidikan, landasan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam pendidikan.

Senada dengan lakon tersebut, Kepala SMP Negeri 1 Wirosari Sapta Subagyo mengatakan, bahwa SMPN 1 Wirosari termasuk Sekolah Ramah, tujuannya lebih kepembelajaran lingkungan dan pergaulan.

“Tugasnya menyebarkan virus-virus kebaikan di lingkungan SMP dan adik-adik kelasnya di SD dalam bentuk permainan, hal itu diberikan secara nyata agar anak-anak ada perubahan. Juga mengedepankan anak sebagai mitra dan sebagai investasi, sehingga perlakuannya seperti anak sendiri. Misalnya saat memanggil harus sesuai namanya. Kadangkala anak memanggilnya tidak sesuai nama, misalnya memanggil nama orang tuanya dan sebagainya. Itu termasuk bullying,” ujar Sapta Subagyo.

Lebih lanjut dikatakan, Sekolah kami merupakan sekolah penggerak, dideklarasikan tahun 2021 yang berkomitmen dan berkepentingan untuk pembelajaran yang berprinsip pada Ki Hajar Dewantara, yaitu pembelajaran yang mengarah kepada kepentingan siswa, kebutuhan siswa dan potensi siswa.

“Jadi anak-anak tidak diperlakukan sama, contohnya ada yang membacanya kurang lancar jangan disamakan dengan yang sudah lancar. Mengedapankan perilaku terpuji menjauhkan bullying, dan Itu sudah kami laksanakan,” ungkapnya.

Ia juga berharap bahwa SMPN 1 Wirosari menjadi SMP yang mandiri yaitu warga sekolah memiliki tanggungjawab terhadap tugasnya.

“Dia adalah siswa yang berkepentingan mencari ilmu dan harus aktif menggali ilmu dari sumber belajar manapun, dari sarana sini ada perpustakaan, ada juga smart library. Tugas guru berinovasi dan berkreasi mengajarkan pembelajaran yang berprinsip pada Ki Hajar Dewantara,” pungkasnya.

(Tatang S/Vio Sari)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *