Sambut Kearifan Lokal Tradisi Kupatan, Warga Bojonegoro Mulai Berburu Janur

Bojonegoro Jatim, tribuntipikor.com

“Sebuah kearifan lokal tradisi Jawa, kupat lepet di gantungkan diatas pintu rumah”. Ada lagi, istilah ketupat kerap digunakan untuk parikan (pari Gatra) pada acara tertentu, misalnya, kupat kecemplung santen, menawi kathah lepat nyuwun pangapunten, kupat dicelup kuah santan, kalau ada salah mohon dimaafkan. Ini menarik dan perlu dilestarikan, disamping masih dalam suasana lebaran atau di bulan Syawal dan saling bermaafan, tentu ini lebih untuka mencapai kebersamaan, kedamaian dalam kebahagiaan,

Disamping untuk dimakan bersama keluarga, tradisi lontong ketupat juga untuk dibagikan ke sanak saudara, tetangga dan handai tolan, ada sebuah tradisi jawa kupat lepet digantungkan diatas pintu rumah, kata mbak Siti Juariyah di kediamannya, salah seorang warga RT 02 RW 01 Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, kepada awak media ini pada Jumat (06/05/2022) sore.

Harga janur kelapa dipasar Kota Bojonegoro terbilang mahal, karena janur kelapa untuk lebaran ketupat di Bojonegoro kebanyakan masih dipasok dari luar daerah, seperti Nganjuk, Rembang, Lasem hingga Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

“Satu ikat berisi 50 biji janur harganya Rp 40.000. Sedangkan satu ikat yang terdiri 10 biji janur harganya Rp 5.000. Ya tetap saya beli, setahun sekali buat ketupat sayur dan lepet,” kata siti.

Sejumlah penjual seperti di Pasar Desa Dander, Pasar Kota, Pasar Tradisional Desa Banjarejo, Pasar Sumberrejo dan pasar tradisional lainnya di Kabupaten Bojonegoro, selain menyediakan janur kelapa, juga menyediakan selongsong ketupat serta tali pengikat lepet dan buah kelapa tua untuk membuat santan sayur.

“Pembeli yang menghendaki selongsong ketupat yang sudah jadi juga disediakan, harganya Rp 10.000. per 10 buah,” kata Anisa, salah seorang penjual janur kelapa di Pasar Kota Bojonegoro.

Ngasirin, salah seorang penjual janur kelapa dalam jumlah besar mengemukakan, janur kelapa dikulak atau dibeli dari Pasar Sulang, Kabupaten Rembang.

“Saya berangkat jam 04.00 pagi, kemudian kulakan janur di pasar Sulang. Dari Pasar Sulang harganya Rp 30.000 per ikat. Sampai di Bojonegoro saya jual Rp40.000 per ikat berisi 50 biji janur,” kata pria asal Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander kepada awak media ini.

“Tidak berani ambil banyak mas, Alhamdulillah selalu saja habis dibeli warga dan pejual di pasar,” tambahnya.

Ini sudah saya jalankan setiap tahun menjelang kupatan. Ya! untuk menambah kebutuhan ekonomi keluarga. Ungkapnya.

Beberapa warga di pedesaan, pada pagi hari Lebaran Ketupat biasanya menggelar hajatan yang dipusatkan di rumah perangkat desa atau tokoh masyarakat.

Selain itu, beberapa warga Bojonegoro dalam berwisata juga sambil membawa bekal ketupat dan lepet ke pantai, seperti di pantai Kelapa Lamongan atau di pantai Ngebom wilayah Kabupaten Tuban. (Kin)

Reporter: Solikin.gy
Editorial: Solikin.gy

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *