Blora, tribuntipikor.com
Masyarakat Kabupaten Blora masih memegang teguh tradisi sungkeman kepada orang tua saat merayakan hari idul fitri. Sungkeman merupakan tradisi turun-temurun warga masyarakat Blora.
Sungkeman dilakukan oleh anak kepada orang tua atau yang orang yang dituakan.
“Alhamdulillah, di Lebaran tahun ini kami sekeluarga bisa kembali berkumpul, sungkem pada orang tua, Bapak, Ibu, Paman dan Kakak serta saudara yang lain,” kata Didik yang mudik ke rumah orang tuanya dan merayakan Idulfitri di Blora, Senin (2/5/2022).
Begitupula Uut Mitasari, salah satu warga Kecamatan Blora. Dia sangat senang lebaran kali ini bisa berkumpul dengan keluarga.
“Senang, bersyukur, bisa bertemu langsung dengan orang tua, menjadi berkah Lebaran tahun ini, Alhamdulillah,” ujarnya.
Tradisi sungkeman dilakukan sebagai bentuk bakti sang anak pada orang tua atau menghormati orang yang dituakan.
Tata cara sungkeman Lebaran yang umum dijumpai di masyarakat Indonesia adalah dengan cara bersimpuh dan mencium tangan.
Mohammad Taufiqurrahman, peminat tradisi sungkeman asal Randublatung Kabupaten Blora, mengungkapkan secara umum, sungkeman adalah proses saling memaafkan yang dilakukan orang yang lebih muda ke yang lebih tua.
“Sungkeman yang dilakukan saat Idulfitri memilih pengertian memohon maaf atau nyuwun ngapura. Istilah ngapura sendiri berasal dari bahasa Arab ‘ghafura’ yang artinya pengampunan,” ungkapnya yang bulan lalu selesai Umroh dari Tanah Suci Mekkah.
Menurutnya, tujuan dari kebiasaan ini adalah dalam upaya untuk memuliakan orang tua.
Dari berbagai sumber menyebutkan, konon, kebiasaan sungkeman ini berasal dari tradisi Jawa yang dibawa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegara I dari Kraton Solo. (Surya Mandala/Dinkominfo Blora).