Mitos Jawa: Semeru Meletus Pertanda Goro-Goro, Siapa Yang Berkerja

Lumajang, tribuntipikor.com

Meletusnya Gunung Semeru membawa luapan aliran guguran lava pijar Gunung Semeru dengan jarak luncur kurang lebih 500 meter sampai 800 meter, Sabtu (4/12) sangat istimewa dan viral di WhatsApp. Begitu tingginya Gunung Semeru, sudah sejak lama gunung ini menuai kekaguman bagi Nuswantara bahkan dunia. Dalam bahasa Jawa Kuno pun, makna Mahameru sudah dahsyat. Kata ‘Maha’ itu berarti ‘sangat’, ‘Meru’ sendiri berarti puncak atau kerucut. Jadi, gunung berapi yang punya puncak sangat tinggi. Minggu 05/12/2021 pukul 01:05 Wib.

Hal ini juga dibuktikan melalui catatan sejarah gunung berapi, meletusnya Gunung Semeru (Mahameru) yang berada di wilayah Lumajang Jawa Timur tercatat mulai tahun 1818. Persisnya, letusan Gunung Semeru itu terjadi pada 8 November. Penelusuran awak media dari catatan yang ada setidaknya sampai hari ini, saat Gunung Semeru hari ini meletus lagi, setidaknya sudah meletus sebanyak 87 kali. Tentunya Gunung api ini jelas termasuk gunung berapi sangat aktif. Hanya saja keaktifannya kalah dari salah satu gunung teraktif di dunia yang berada di dekat wilayah Yogyakarta yakni Gunung Merapi.

Sepintas dari namanya, Gunung Semeru (Mahameru) memang termasuk gunung api salah satu yang mempunyai puncak tertinggi di Indonesia. Serta ketinggian gunung api ini yang mencapai 3.676 mdpl, menempati posisi keempat sebagai gunung api tertinggi di Indonesia, yakni setelah Gunung Puncak Jaya di Papua, Kerinci di Provinsi Jambi, dan Rinjani di Nusa Tenggara Barat.

Dari sisi mitologi, orang Jawa dahulu kerap memadankan dengan gunung Himalaya di India. Puncaknya juga ada yang menyebut sebagai tempat moksa para satria Pandawa Lima (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa).

“Nilai suci gunung api ini masih terlihat sampai sekarang dengan banyaknya peninggalan tempat keagamaan Hindu beserta sisa padepokannya”.

Bahkan disebut juga, di sanalah tempat tinggal Empu Bharada, sosok orang suci dalam kepercayaan Hindu yang membagi wilayah kerajaan Prabu Airlangga menjadi dua Janggala dan Kediri.

Konon Empu Bharada membagi kerajaan itu dengan cara terbang sembari mengucurkan kendi yang berisi air. Air itu kemudian berubah jadi Sungai Brantas yang membelah wilayahnya.

Disinilah ketakjuban kepada Gunung Semeru atau Mahameru masih lestari hingga zaman sekarang. Bahkan berbagai lukisan dari para pelukis terkenal sampai mengabadikannya. Begitu juga berbagai lagu dari lagu memakai bahasa Jawa, keroncong, dan pop memuji keanggunanya.

Terkait meletusnya Gunung Semeru ini, Rahadi Yudi (51) salah satu warga Desa Sumberrowo kecamatan Pronojiwo kabupaten Lumajang, saat dikonfirmasi oleh awak media tribuntipikor.com melalui sambungan seluler WahtsApp nya, disela-sela istirahatnya didepan toko, disebuah terminal bus Kalibening Pronojiwo Lumajang sewaktu dirinya berteduh karena hujan mengatakan,

“Gununge mbledos mas (red) Gunungnya meletus mas, untung suasana hujan, kalau tidak ya debu bisa-bisa berterbangan dimana-mana”. Celotehnya Yudi.

“Ooo… Makanya… Kok tumben hujan, tapi mata saya riyip-riyip… Ada yang sedang bekerja,” sahut Mardiyono temannya.

Yudi menyampaikan langit mendung merah, diiringi hujan rintik-rintik, awan panas, ditambah petir yang menyambar bunyinya memgelegar. Imbuhnya.

“Iya agak gawat kelihatan mas, untungnya dibarengi hujan” sahut Mardiyono menambahkan.

Diketahui: wilayah yang terdampak yakni, daerah Supit Urang, daerah Curah Kobokan, daerah Kembangan, daerah Robaung daerah Sumber wuluh, daerah Candi Puro Gladak Perak dll.

Sementara korban didaerah Curah Kobokan samapai saat ini sudah 16 orang meninggal sedangkan korban yang dirawat di RS setempat mencapai 20-80% untuk kerugian material belum diketahui dan pihak terkait serta BPBD kabupaten Lumajang sedang berjibaku di lokasi-lokasi TKP. (Kin).

Editorial: Solikin.gy

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *