3 Tokoh Besar Bojonegoro Buka Dialog Kebangsaan, 2 Mahasiswa Kritisi Matinya Demokrasi di Bojonegoro

BOJONEGORO, tribuntipikor.com

Dialog Kebangsaan dalam tema membedah, membuka serta menyoal Konsep Kebijakan, realita di ruang publik dan forum diskusi menjadi mimpi hari ini bagi warga Bojonegoro. Utamanya kaum millenial muda, digelar oleh Rumah Alternatif Ebhoma dan Indoswara kabupaten Bojonegoro Jawa-Timur, Minggu 28/11/2021 pukul 08:09 Wib.

Hal tersebut disampaikan oleh salah satu narasumber Kang Yoto mantan Bupati Bojonegoro pada awak media, disela-sela akan dimulainya gebyar publik dan forum diskusi, Dialog Kebangsaan yang digelar oleh Rumah Alternatif Ebhoma dan Indoswara di K’Noman, cafe kecil di timur Stadion Letjend Soedirman, kabupaten Bojonegoro Jawa-Timur, pada Sabtu 27/11/2021 siang.

Pantauan awak media dalam dialog itu, banyak dari mereka yang menyampaikan dan menyoroti kebijakan-kebijakan pemerintahan Kabupaten Bojonegoro, yang di nilai tidak berpihak kepada rakyat, atau tidak tepat sasaran sesuai jargonnya, Ngayomi, Ngopeni.

Seperti halnya penggusuran Pedagang Kaki Lima (PKL), meski itu di benarkan oleh peraturan, namun tindakan penggusuran itu di nilai di lakukan pada situasi yang tidak tepat, dimana saat ini masyarakat masih kesulitan ekonomi di tengah adanya wabah pandemi Covid- 19.

Dikesempatan-nya salah satu peserta dialog, Nouval (21) mahasiswa dari Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang, dengan penuh semangatnya mengatakan, bahwa dirinya menginginkan keberadaan Participacing Interest 10 % bagi kabupaten Bojonegoro, bisa diupayakan oleh lembaga terkait untuk bertambah porsinya. Kata Nouval dalam aspiranya.

“Keberadaan kabupaten Bojonegoro sebagai penghasil Migas, mestinya bagi hasil yang didapatkan bisa lebih besar dari sekarang, kalau ini bisa kita usahakan mengapa tidak,” harap Nouval.

Terkait soal pertanian, mahasiswa Unbraw Malang ini mengadu pada Wakil Bupati Bojonegoro, kiranya pemerintah harus lebih fokus pada permasalahan petani dengan program dan solusi yang tentunya berpihak pada petani. Ungkapnya.

Disisi lain peserta dialog, Andik (25) mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) ini menjustifikasi, bahwa demokrasi di kabupaten Bojonegoro saat ini terlihat benar-benar mati suri. Kata Andik.

“Kami rindu dialog Jum’at, kami terus berharap forum-forum seperti ini terus dihidupkan dan berkelanjutan,” pinta mahasiswa Magister Ilmu Politik (UI) ini.

Menurutnya, peran lembaga pemerintahan di kabupaten Bojonegoro, terkesan semakin menjadi rancu antar ekskutif dan legislatif, karena yang terlihat legislatif kini juga menjadi ekskutif. Ungkapnya.

“Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Bojonegoro hari ini adalah Nol,” yang disambut tepuk tangan riuh oleh seluruh peserta yang hadir.

Diketahui, Dialog Kebangsaan tersebut menghadirkan 3 narasumber yang sudah familiar dengan warga Bojonegoro, yakni Wakil Bupati Bojonegoro, Budi Irawanto, Drs Soehadi Moeljono, mantan Sekda Bojonegoro dan Kang Yoto, mantan Bupati Bojonegoro, diskusi saat dialog terlihat interaktif, hidup dan menggelora dengan ratusan peserta, mulai dari kalangan musisi, jurnalis, budayawan, politisi hingga millenia muda dan mahasiswa, dengan tetap mengedepankan Protokol Kesehatan (Prokes) Covid- 19. (Slk).

Editorial: Solikin.gy

Pos terkait