Prosesi kirab budaya dalam rangka Hari Jadi Kabupatèn Blora Jawa Tengah ke 276

Blora Jawa Tengah, tribuntopikor.com // Meskipun dikenal Blora kota Jati karena memiliki produksi kayu jati berkualitas internasional dan luas wilayah hampir 50% hutan. Tak membuat Kabupaten ini kaya atau memiliki infrastruktur yang memadai.

Berdasarkan Data DPJK Kemenkeu, 19 November 2025, Transfer Pusat Ke Daerah (TKD) Blora 2025 mencapai 85,36 persen dari pagu Rp 1.695,51 M.

Dari transfer pusat tersebut diketahui bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) Kehutanan untuk Blora hanya mendapat keuntungan Rp.2 miliar tahun 2025.

Ironisnya nominal tersebut, setara hanya satu barang pohon jati berdiameter besar.

Untuk perbandingan bahwa Perhutani pernah menyampaikan bahwa pihaknya sempat mengutarakan tidak akan menjual atau melepas pohon jati (alam), satu dari ratusan tegakan (Pohon) jati alam yang kini dalam kondisi ambruk diterjang angin di hutan lindung kompleks Gubug Payung, Blora, Jawa Tengah.

“Pohon jati yang roboh pada Mei 2020 itu masuk kelompok jati alam, ukurannya termasuk raksasa, dan tidak akan dijual. Robohnya pohon jati alam berdiameter keliling 508 Cm tersebut adalah jati alam langka diperkirakan berumur diatas 250 tahun, dan bisa laku sekitar Rp 2 miliar,” terang Administratur Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (Adm KKPH) Cepu, Mustopo, Minggu (13/11/2020).

Sementara itu untuk perbandingan selanjutnya yakni untuk terkait biaya perbaikan jalan desa sepanjang 1 km.

Dikabarkan bahwa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Alam Agung Abadi dari Desa Plantungan, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, berhasil menyelesaikan proyek strategis pembangunan jalan cor sepanjang 1 kilometer. Jalan tersebut menghubungkan Desa Plantungan dengan Desa Sendangharjo.

Proyek infrastruktur ini menelan anggaran lebih dari Rp 2,3 miliar, yang seluruhnya bersumber dari pendapatan usaha BUMDes.

Dari perbandingan tersebut, maka hal yang wajar jika memiliki Hutan Jati luas tak akan bisa memperbaiki kualitas jalan rusak ratusan kilometer yang ada di Kabupaten Blora.

Dana bagi hasil yang diberikan oleh Kehutanan sangat minim dengan cakupan separuh wilayah Blora. Dan ironisnya masih kalah dengan hasil yang diperoleh sebuah BUMDes tuk mensejahterakan lingkungannya. (@_hiem)

Pos terkait