Kuningan|Tribun TIPIKOR.com
Kinerja sektor pertanian Kabupaten Kuningan kembali menunjukkan tren positif sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, produksi padi di wilayah tersebut mencatatkan surplus beras sekitar 90 ribu ton, sebuah capaian yang dinilai sebagai indikator kuat meningkatnya produktivitas dan efisiensi di tingkat petani.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, Dr. H. Wahyu, M.Si, mengungkapkan bahwa peningkatan signifikan ini merupakan hasil dari serangkaian intervensi kebijakan dan edukasi yang dilakukan secara berkelanjutan. Menurutnya, tata kelola pertanian modern yang mulai diperkuat dalam tiga tahun terakhir memberikan dampak langsung terhadap produktivitas lahan dan kualitas hasil panen.
Peningkatan surplus beras setiap tahun tidak hanya dipengaruhi faktor alam, tetapi juga hasil investasi pemerintah daerah dalam edukasi petani, penyediaan demplot, hingga distribusi pupuk organik cair untuk fase vegetatif dan generatif. Kombinasi langkah-langkah tersebut terbukti meningkatkan produktivitas.ujar Wahyu saat dikonfirmasi Andri dari Tribun TIPIKOR.com.Selasa.( 25/11/2005)
Selain intervensi teknis dan peningkatan edukasi, kondisi iklim juga berperan penting dalam meningkatkan produksi tahun ini. Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim kemarau yang cenderung panjang, Kabupaten Kuningan justru menghadapi fenomena kemarau basah.
Sepanjang Juni hingga Oktober 2024, wilayah Kuningan masih mendapatkan intensitas hujan ringan dan terukur. Fenomena ini menciptakan ekosistem pertanian yang ideal: petani mendapatkan cukup suplai air tanpa risiko genangan atau kerusakan lahan.
Cuaca kemarau basah menjadi keuntungan tersendiri bagi petani. Kelembapan tanah tetap terjaga, tanaman padi lebih stabil tumbuh, dan tingkat risiko gagal panen sangat rendah.jelas Wahyu.
Dalam kesempatan yang sama, Wahyu turut menjelaskan mekanisme pengendalian harga pangan yang berlaku di tingkat nasional dan berpengaruh terhadap dinamika pasar di daerah. Pemerintah menerapkan dua instrumen utama, yakni:
- Harga Eceran Terbatas (HET)
Berlaku bagi komoditas pangan utama seperti beras, jagung, dan kedelai. Kebijakan ini bertujuan menjaga daya beli masyarakat serta memastikan distribusi berjalan dalam koridor harga yang wajar. - Harga Acuan Pembelian (HAP)
Digunakan untuk komoditas strategis lain seperti bawang dan cabai. Kebijakan ini lebih fokus menjaga stabilitas harga di tingkat produsen agar petani tetap memiliki margin keuntungan yang terjaga.
Wahyu menegaskan bahwa dua instrumen tersebut sangat berpengaruh terhadap pola tanam dan tingkat produksi, karena menjadi rujukan petani dalam menentukan komoditas yang ditanam dan diperhitungkan dalam proyeksi keuntungan.
Melihat tren penguatan produksi sepanjang 2023–2024, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan optimistis produktivitas beras pada tahun 2025 akan mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi. Berdasarkan estimasi teknis dan proyeksi pola tanam, surplus beras tahun 2025 diprediksi meningkat hingga 40 persen.
Dengan kondisi lahan yang stabil, ketercukupan air, peningkatan penggunaan pupuk organik, serta kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi, kami memperkirakan surplus beras di 2025 berada pada kisaran pertumbuhan empat puluh persen.ujar Wahyu.
Ia menambahkan bahwa proyeksi tersebut juga mempertimbangkan antisipasi fenomena iklim, penguatan penyuluhan pertanian, dan pengelolaan cadangan pangan di tingkat daerah.
Surplus beras yang cukup besar tidak hanya memperkuat ketahanan pangan daerah, tetapi juga menciptakan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian Kabupaten Kuningan. Surplus produksi membuka peluang:
Peningkatan pasokan beras berkualitas ke pasar regional Jawa Barat
Penguatan daya tawar petani terhadap tengkulak dan distributor
Potensi peningkatan pendapatan petani secara signifikan
Peluang ekspansi pada industri hilir, seperti penggilingan modern dan pengemasan beras premium
Para analis pertanian daerah menyebut bahwa keberhasilan ini berpotensi memperkuat posisi Kuningan sebagai salah satu lumbung pangan strategis di Jawa Barat.
Dengan tren positif pertanian yang terjadi dua tahun terakhir, Kabupaten Kuningan diharapkan mampu terus mendorong transformasi sektor pangan berbasis teknologi, edukasi, dan keberlanjutan. Pemerintah daerah menilai keberhasilan ini bukan semata hasil produksi, tetapi juga bentuk kesiapan menghadapi tantangan ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang.
( andri hdw )





