BREBES tribuntipikor.com.
Bencana alam banjir bandang mendadak menerjang wilayah Kecamatan Bumiayu dan sirampog, (9/11/2025) sekitar pukul 15.30 WIB. Arus air yang sangat deras meluap ke jalan utama hingga menyebabkan sejumlah kendaraan satu unit mobil hanyut terbawa arus dan satu korban jiwa melayang,
Peristiwa ini terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah Brebes selatan . Hanya beberapa menit setelah intensitas hujan meningkat, air bah datang secara tiba-tiba.
Warga sekitar, pemilik toko, serta para pengendara yang melintas menjadi pihak paling terdampak. Puluhan sepeda motor milik warga ikut terendam, sementara seorang pengendara motor dilaporkan sempat kesulitan menyelamatkan kendaraannya di tengah derasnya arus.
Banjir terjadi tidak jauh dari Toko Sido Dadi, di jalan utama kawasan Bumiayu dan meluas hingga ke depan Toko milik warga.
Menurut keterangan warga, banjir dipicu oleh curah hujan tinggi serta meluapnya aliran air dari drainase dan sungai kecil di sekitar wilayah itu. Kondisi tersebut membuat warga tidak sempat melakukan upaya penanganan awal.
Menurut salah satu warga mengatakan, bencana ini akibat ulah tangan manusia, gundulnya hutan salah satunya penyebab bencana ini, sebelum hutan beralih fungsi menjadi tanaman sayur tidak perah ada bencana banjir sebesar ini, kami masyarakat yang jauh dari hutan menjadi korban banjir, harapan kami kembalikan hutan seperti dulu hijau tidak ada bencana sebesar ini, ucapnya.
Kami selaku awak media mengkonfirmasi salah satu kordinator relawan lingkungan hidup dan bencana alam menyampaikan, kondisi alam yang disebabkan ulah manusia dan curah hujan tinggi yang melebihi kapasitas tanah menyerap air dan drainase yg buruk, akibat sampah dan pembangunan yg mengurangi area resapan.
Faktor lain yang mengakibatkan musibah banjir dan tanah longsor adalah penebangan hutan yang tidak pakai aturan.
Oping selaku relawan lingkungan hidup menambahkan, kejadian bencana 9 Novdmber 2025 merupakan jawaban alam yang seharusnya di jaga tapi rusak Gundul hingga meninggalkan duka bagi masyarakat yang terdampak banjir.
Oping menambahkan. Dalam kurun 10 th kami bergerak di lapangan menanam pohon di lereng Gunung Slamet, tapi belum mampu mengembalikan ekosistem , ratusan hektar bahkan ribuan pohon yang ditebang usianya lebih dari 20 th, artinya pohon yang kami tanam belum mampu menggantikan pohon,, yang di tebang.
Kami selaku aktifis juga berharap kepada pemangku kebijakan terutam kepada pihak perhutani memberikan sosialisasi dampak dari penggundulan hutan hususnya di wilayah kaki Gunung Slamet.







