Mahmudi: Pendidikan karakter harus menjadi prioritas agar generasi muda tidak mudah terpengaruh paham negatif.
Bojonegoro Jatim, tribuntipikor.com // Lagi!, Dalam upaya pencegahan intoleransi dan radikalisme di kalangan generasi muda, terbukti terus diperkuat oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Hal ini tampak dalam kegiatan Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Bakesbangpol Bojonegoro bertemakan Pencegahan Intoleran dan Radikalisme di Kalangan Generasi Muda Pada Era Digitalisasi setelah sebelumnya pada 25/11/2025 sosialisasi dan diskusi pencegahan diberikan bagi kalangan pelajar Bojonegoro di tingkat SMA Negeri.
Giat yang digelar pada Kamis (27/11/2025) mulai pukul 08.00 Wib hingga selesai di Ruang Pertemuan Dharma Wanita Persatuan Bojonegoro ini, diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai pelajar SMP Negeri di Bojonegoro, dan dipimpin langsung oleh Kepala Bakesbangpol Bojonegoro, Mahmudi S.Sos., M.M.
Diawali oleh Kabid Kewaspadaan Nasional Bakesbangpol Deddi, Dalam laporannya Menyampaikan bahwa setelah sukses kemarin untuk pelajar SMA Negeri, maka, kegiatan ini dinilai sebagai langkah strategis guna menciptakan generasi muda yang kritis, toleran, dan berwawasan kebangsaan.
Sinergitas antara pemerintah daerah, sekolah, aparat keamanan, dan organisasi masyarakat menjadi kunci untuk menjaga kondusivitas wilayah khususnya Bojonegoro. Jelas Kabid Deddi.
Dengan kolaborasi yang berkelanjutan, potensi intoleransi dan radikalisme di kalangan pelajar tentu dapat ditekan. Tegasnya.
Harapannya, Bojonegoro senantiasa menjadi daerah yang aman, damai, dan harmonis bagi semua dengan semangat Bojonegoro Bahagia Makmur dan Membanggakan.
Turut hadir narasumber pemateri dari unsur kepolisian, TNI, Densus 88, Yayasan Karimon, serta akademisi Bojonegoro.
Berlanjut, seorang Moderator saudara Adib Nurdiyanto, S.Pd., yang membuka sesi materi dengan mengangkat contoh kasus perundungan yang kerap menjadi pintu masuk infiltrasi paham intoleran dan radikal pada pelajar.
Ia mengingatkan peserta agar berhati-hati dalam pergaulan serta mampu mengambil sikap hit or run ketika menghadapi situasi berpotensi negatif. Terang Adib sapaan akrabnya.
Dipemaparannya, Kasat Intelkam Polres Bojonegoro, Iptu I Putu Suryawan Astawa, S.H., memaparkan alasan mengapa sekolah menjadi sasaran kelompok radikal.
Ia menekankan bahwa intoleransi, radikalisme, dan terorisme merupakan ancaman nyata yang bisa menyusup ke lingkungan pendidikan.
“Sekolah harus menjadi benteng pertahanan utama dengan menciptakan ekosistem berlandaskan Pancasila, toleransi, dan cinta damai.” Terang Iptu I Putu Suryawan Astawa, S.H.
Sementara, dari sisi keberhasilan, langkah pencegahan itu ditentukan oleh sinergitas semua pihak. Tegasnya.
Kemudian pemaparan dari unsur Densus 88 AT Satgas Wilayah Jatim, Iptu Marwan menjelaskan pentingnya cinta tanah air dan pelurusan pemahaman tentang jihad yang kerap disalahartikan.
Ia menekankan bahwa tidak ada alasan apa pun yang dapat membenarkan kekerasan terhadap warga sipil.
Pendidikan, menurutnya, menjadi kunci untuk menghapus ideologi kekerasan.
Danpok 1 Unit Intel Kodim 0813 Bojonegoro, Serka Akhmad M. Roni, menambahkan bahwa radikalisme dapat merusak masa depan bangsa.
Ia mengingatkan generasi muda untuk cerdas dalam bermedia sosial dan tidak mudah terpengaruh ajakan menyimpang. Terang Roni sapaan akrabnya.
Dipenghujung, Kepala Bakesbangpol Mahmudi juga memberikan peringatan penting kepada para pelajar.
Ia mengingatkan peristiwa bom yang melibatkan siswa di SMK 72 Jakarta serta aksi demo pelajar beberapa waktu lalu.
“Pendidikan karakter harus menjadi prioritas agar generasi muda tidak mudah terpengaruh paham negatif,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Yayasan Karimon, Arif Budi Seriawan, berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana ia pernah terpapar paham terorisme sebelum akhirnya kembali setia kepada NKRI.
Diketahui bahwa, melalui diskusi dan tanya jawab, para peserta terlihat semakin memahami pentingnya kewaspadaan di era globalisasi digital yang penuh konten propaganda, ujaran kebencian, dan ajakan kekerasan yang semakin kelihatan nyata. (King)





