Pengemis Suara” Kini Duduk di Kursi Gubernur, Tapi Rakyatnya Tak Lagi Dianggap

Sumbawa Besar NTB tribun Tipikor .Com —

Waktu kampanye, rakyat adalah segalanya. Tapi setelah kursi empuk kekuasaan diduduki, rakyat hanya jadi cerita. Itulah yang kini dirasakan warga Desa Lekong, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa. Mereka datang jauh-jauh ke kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), berharap bisa menyampaikan jeritan soal jembatan rusak akibat banjir besar 2024 — namun apa daya, sang gubernur tak bisa ditemui.

Ketua LSM Pencari Keadilan Ade Sagenta kepada awak media tribun Tipikor Selasa 21/10/2025 ,menjelaskan
“Katanya pemimpin rakyat, tapi rakyat sendiri susah sekali bertemu. Padahal kami datang bukan untuk minta proyek, hanya ingin jembatan yang jadi urat nadi ekonomi kami segera diperbaiki,” keluh Kepala Desa Lekong usai pertemuan yang berakhir tanpa hasil.

Jembatan penghubung antara Desa Lekong dan Mapin Rea itu rusak parah sejak dua tahun lalu. Tahun 2025 hampir berakhir, tapi perbaikan tak kunjung dimulai. Sementara masyarakat setiap hari mempertaruhkan nyawa menyeberangi sungai demi bekerja, sekolah, dan berdagang.” Jelas Ade Sagenta

Yang membuat warga semakin kecewa, adalah kontrasnya sikap sang gubernur. Saat masih berstatus calon, ia rajin turun ke desa-desa, menyalami rakyat satu per satu, berbicara lembut, meminta dukungan — “mengemis suara,” istilah warga. Tapi kini, ketika suara itu sudah dikantongi dan jabatan diraih, rakyat seperti kehilangan hak untuk bicara.

“Dulu hampir tiap hari datang ke kampung, minta doa, minta dukungan. Sekarang, mau ketemu saja susah. Kami merasa dipermainkan,” ujar Ade Sagenta

Meski ditutup pintu oleh protokol istana daerah, warga Lekong tidak menyerah. Mereka menempuh jalur resmi dengan melayangkan surat kepada DPRD Provinsi NTB agar diberikan kesempatan hearing (dengar pendapat). Harapannya sederhana: agar pemimpin mau mendengar sebelum rakyat benar-benar kehilangan kepercayaan.

Lebih lanjut ” Ketua LSM Pencari Keadilan” terangkan
Kini masyarakat mulai sadar, politik bukan sekadar janji manis di panggung kampanye. Banyak pemimpin yang dulu merendah demi suara, namun meninggi setelah berkuasa. Mereka hanya datang saat butuh, lalu menghilang saat rakyat menunggu bukti. “Semoga ini jadi pelajaran. Jangan lagi tertipu oleh pengemis suara yang datang membawa senyum, tapi pergi meninggalkan janji,” pungkasnya

( Irwanto )

Pos terkait