Oleh : Ari Supit
Jakarta, Tribuntipikor Online
_ 8 Juni 2025 – Ibu Kota Nusantara (IKN) bukan sekadar perpindahan pusat pemerintahan, melainkan simbol dari tekad bangsa Indonesia membangun peradaban baru yang berakar pada keberlanjutan, inklusivitas, dan kemajuan. Dari hutan Kalimantan Timur yang dulunya sunyi, kini geliat pembangunan mulai terlihat jelas — tak hanya dari daratan, tapi juga dari langit.
Perubahan Nyata Terlihat dari Angkasa
Baru-baru ini, NASA merilis citra satelit dari Landsat-8 dan Landsat-9 yang memperlihatkan perubahan signifikan di kawasan IKN antara April 2022 hingga Februari 2024. Foto-foto tersebut menunjukkan pembukaan lahan dalam skala besar, mengingatkan kita bahwa pembangunan selalu membawa jejak fisik. Di sisi lain, ini memicu diskusi penting: bagaimana menjaga komitmen 75% kawasan IKN sebagai hutan berkualitas di tengah pembangunan masif.
Kekhawatiran para ilmuwan tentang dampak lingkungan tidak bisa diabaikan. Namun, bukan berarti kita harus menghentikan pembangunan. Sebaliknya, inilah saatnya menunjukkan bahwa Indonesia mampu menyeimbangkan kemajuan dan pelestarian alam. Keberhasilan IKN harus menjadi bukti bahwa “kota hijau” bukan hanya slogan, tetapi komitmen nyata.
Pembangunan Bertahap: Menyatukan Visi, Menjaga Skala
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak berlangsung sekejap. Ia merupakan proses panjang yang dirancang bertahap agar tetap terkendali, terukur, dan berkelanjutan. Inilah yang kerap luput dipahami oleh publik: bahwa membangun kota dari nol, terlebih di wilayah yang dulunya hutan dan perbukitan Kalimantan Timur, menuntut kesabaran kolektif dan visi jangka panjang yang solid.
Saat ini, Indonesia berada di momen transisi antara Fase 1 (2022–2024) dan Fase 2 (2025–2029). Fase pertama difokuskan pada pembangunan infrastruktur dasar, terutama di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) seluas 6.671 hektare — yang mencakup istana negara, kantor kementerian, rumah ASN, dan infrastruktur dasar lainnya. Pencapaian ini menjadi pondasi awal hadirnya kehidupan baru di jantung ibu kota negara yang baru.
Namun, publik perlu memahami bahwa KIPP hanyalah sebagian kecil dari total luas IKN yang mencapai lebih dari 250.000 hektare. Artinya, cakupan IKN tidak berhenti di lingkar inti pemerintahan, tapi juga mencakup daerah penyangga dan kawasan pengembangan lain yang menyatu dalam satu tata ruang yang terencana. Karena itulah, pendekatan bertahap sangat penting — agar pembangunan bisa bergerak secara menyeluruh, tanpa mengabaikan pemerataan dan integrasi wilayah.
Fase kedua yang akan berlangsung hingga 2029, tidak sekadar melanjutkan pembangunan fisik, tetapi juga menjadi titik krusial dalam menyatukan visi besar IKN sebagai kota masa depan: inklusif, hijau, dan cerdas. Wilayah-wilayah sekitar seperti Sepaku, Samboja, Loa Kulu, hingga Muara Jawa, yang terhubung melalui Jalan Tol Balikpapan – Samarinda (Tol Balsam), harus menjadi bagian utuh dari narasi pembangunan IKN.
Karena itu, salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah relaksasi tata ruang di sepanjang koridor Tol Balsam menuju IKN, agar kawasan penyangga bisa berkembang secara lebih dini, terstruktur, dan tidak terpinggirkan. Relaksasi ini bukan berarti membuka ruang untuk eksploitasi tak terkendali, tapi justru untuk memastikan bahwa pertumbuhan wilayah tidak bersifat sporadis, melainkan terarah dan selaras dengan visi kota hijau dan layak huni.
Jika pembangunan IKN hanya terpusat pada KIPP, maka kesenjangan baru justru bisa muncul di sekitar kawasan inti — menciptakan kota yang timpang dan tidak inklusif. Sebaliknya, jika pembangunan dipahami sebagai proses bertahap yang menyatu secara spasial, maka yang tumbuh bukan hanya infrastruktur, tapi juga keseimbangan antara pusat dan pinggiran, antara teknologi dan lingkungan, antara negara dan rakyat.
Melalui pendekatan bertahap inilah, IKN bisa menjadi model baru pembangunan kota di Indonesia — yang tidak hanya menekankan kecepatan, tapi juga ketepatan arah dan keberlanjutan. Pembangunan yang tidak gegabah, tapi tangguh. Tidak tergesa, tapi konsisten. Inilah esensi dari menyatukan visi dan menjaga skala dalam membangun ibu kota peradaban baru Indonesia.
Tol dan Bandara: Konektivitas Strategis Menuju Masa Depan
Pekerjaan infrastruktur terus dikebut. Salah satu proyek utama adalah Jalan Tol IKN Segmen 3B-2 Kariangau – SP Tempadung, yang kini menggunakan teknologi mortar foam ringan sebanyak 13.000 m³. Inovasi ini menunjukkan bahwa efisiensi dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan. PT Waskita Beton Precast (WSBP) menargetkan penyelesaian proyek ini pada Agustus 2025, membuka jalan menuju kawasan inti pemerintahan.
Sementara itu, impian masyarakat untuk merasakan langsung kemudahan akses menuju IKN dari Balikpapan akan segera terwujud. Kepala BBPJN Kalimantan Timur, Hendro Satrio Kamaluddin, menyatakan bahwa seluruh ruas Tol IKN dari Balikpapan akan tersambung penuh dan siap dilintasi secara fungsional pada pertengahan tahun 2026. Salah satu ruas vital yang tengah digarap adalah Tol IKN Seksi 1B, penghubung penting dari Tol Balsam menuju Jalan Sepinggan Baru, Balikpapan.
Pembangunan bandara khusus VVIP di dekat IKN juga melengkapi sistem konektivitas udara ke dan dari kawasan ini. Semua ini menjadi bukti bahwa pembangunan IKN menitikberatkan pada infrastruktur terencana yang mendekatkan berbagai simpul strategis ke arah KIPP.
PT. Bina Karya: Dari Konsultan Jadi Navigator Pembangunan IKN
Di balik masifnya pembangunan IKN, PT. Bina Karya (Persero) memainkan peran sentral sebagai konsultan utama dan koordinator kawasan inti IKN. Tidak hanya menyediakan master plan dan urban design, Bina Karya juga menjadi simpul dari investasi nasional dan global menuju IKN, serta mitra utama Otorita IKN dalam proyek-proyek KPBU dan penyusunan skema investasi.
Perannya menjadi semakin strategis saat pembangunan bergerak dari Fase 1 ke Fase 2. Bina Karya ikut memastikan bahwa transisi antarfase tetap menjaga kesinambungan, memperluas cakupan wilayah, dan tetap berpijak pada nilai-nilai kota pintar, hijau, dan tangguh.
Membangun Kota, Membangun Manusia
IKN bukan hanya tentang gedung-gedung megah. Salah satu agenda penting adalah membangun manusia. Otorita IKN menggandeng Pondok Pesantren Tegalrejo untuk mendirikan SMK berbasis kejuruan yang digabung dengan pendidikan agama. Pemerintah juga membuka ruang bagi hadirnya lebih banyak SMK dan pesantren di kawasan IKN, sebagai bentuk komitmen membentuk generasi yang terampil, religius, dan berdaya saing.
Bahkan dari sisi spiritual, hadirnya basilika pertama di IKN menjadi simbol kuat dari penghormatan terhadap keragaman keyakinan. Semua itu menandai bahwa IKN sedang dibentuk sebagai ekosistem sosial yang inklusif, harmonis, dan seimbang antara jasmani dan rohani.
Energi Hijau untuk Peradaban Baru
Pembangunan IKN mengusung semangat energi bersih dan diplomasi hijau. Salah satunya melalui kerja sama bilateral Indonesia-Tajikistan dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), membuka peluang ketahanan energi IKN yang berasal dari sumber terbarukan.
Langkah ini bukan hanya urusan teknis, tetapi menandai diplomasi hijau sebagai bagian dari peradaban baru Nusantara: kota masa depan yang ramah lingkungan dan rendah emisi.
Data Adalah Arah
Otorita IKN bersama BPS melakukan pendataan penduduk di 55 desa dari 8 kecamatan. Data ini menjadi fondasi bagi layanan publik yang adil dan responsif. Proses ini juga menegaskan bahwa pembangunan IKN bukan tergesa-gesa, tapi melalui tahapan teknokratik dan berbasis data — pilar penting bagi perencanaan jangka panjang kota cerdas.
Dukungan Politik dan Dana untuk Tahapan Jangka Panjang
Presiden Prabowo Subianto menyetujui alokasi dana Rp 48,8 triliun untuk Fase 2 (2025–2029). Dana ini melanjutkan komitmen dari pemerintahan sebelumnya yang menggelontorkan Rp 71,8 triliun pada Fase 1 (2022–2024). Dukungan lintas periode ini penting agar IKN tidak kehilangan kontinuitas politik maupun teknis.
Dengan keberlanjutan pendanaan, proyek-proyek strategis seperti hunian ASN, istana negara, kantor kementerian, sarana pendidikan, dan infrastruktur hijau dapat terus dikerjakan hingga tahap fungsional penuh tercapai.
IKN Bukan Sekadar Lokasi, Tapi Tekad Bersama
IKN adalah gambaran ambisi nasional untuk tumbuh sebagai negara maju yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada pemerataan. Ia bukan hanya kota baru di tengah hutan Kalimantan — tapi lembaran baru sejarah Indonesia.
Namun, membangun kota seperti IKN membutuhkan lebih dari beton dan dana. Ia membutuhkan komitmen menjaga alam, ketulusan membentuk manusia, serta konsistensi dalam mewujudkan kota yang inklusif, modern, dan adil. Jika kita berhasil, maka IKN akan menjadi bukti bahwa Indonesia mampu membangun masa depan yang hijau, kuat, dan bersatu — dari Kalimantan untuk dunia.(Red)