Facta Sunt Potentiora Verbis “Perbuatan atau Fakta Lebih Kuat dari Pada Kata-Kata”

BEKASI, TRIBUNTIPIKOR ONLINE _

Facta sunt potentiora verbis
Adalah Perbuatan atau Fakta Lebih Kuat dari pada kata-kata (Adagium Hukum).
Kalimat “perbukitan adalah fakta ketimbang kata-kata” berarti bahwa keadaan atau kondisi perbukitan itu nyata dan tidak hanya sekadar ucapan atau perkataan saja. Fakta menunjukkan adanya perbukitan yang dapat dilihat, dirasakan, dan diamati secara nyata, sedangkan kata-kata hanya berupa simbol atau representasi verbal dari perbukitan tersebut.
Penjelasan Lebih Lanjut:
Fakta (Realita):
Perbukitan adalah bagian dari lanskap bumi yang nyata, memiliki bentuk, ukuran, dan karakteristik yang dapat diidentifikasi secara fisik.
Kata-kata (Representasi):
Kata-kata seperti “perbukitan” hanya merupakan simbol atau representasi verbal dari objek nyata tersebut. Kita dapat berbicara tentang perbukitan, menulis tentang perbukitan, atau mendeskripsikan perbukitan menggunakan kata-kata, tetapi perbukitan itu sendiri tetap merupakan entitas yang nyata.
Perumpamaan:
Bayangkan seperti melihat gambar gunung. Gambar tersebut adalah representasi dari gunung yang sebenarnya, tetapi gunung yang sebenarnya tetap ada dan nyata, meskipun kita tidak dapat memegang atau merasakan gambar tersebut.
Makna yang Lebih Dalam:
Kalimat tersebut juga bisa diartikan secara lebih luas, yaitu bahwa realitas atau kebenaran objektif lebih penting daripada sekadar perkataan atau argumen. Dalam konteks ini, “perbukitan” bisa diartikan sebagai suatu kondisi, keadaan, atau fakta yang ada dan tidak dapat diabaikan, bahkan jika ada yang tidak menyukainya atau berusaha untuk menyangkalinya.
Contoh dalam Konteks Lain:
Saksi Mata:
Jika seseorang mengaku melihat kecelakaan, saksi mata adalah bukti nyata, sedangkan kata-kata yang diucapkan saksi mata hanya merupakan representasi dari kejadian tersebut.
Bukti Fisik:
Jika ada bukti fisik seperti jejak kaki di lokasi kejadian, bukti fisik tersebut adalah fakta yang nyata, sedangkan kata-kata yang menjelaskan jejak kaki tersebut hanya merupakan representasi dari bukti tersebut.
Secara umum, kalimat ini menekankan pentingnya realitas dan kebenaran objektif dalam hidup, serta bahwa kita harus mengandalkan bukti dan fakta daripada hanya sekadar perkataan atau argumen verbal.ujar NS & Partner.(Red)

Pos terkait