Rahmad Muzajin: Perjalanan Napak Tilas dari leluhur, atas petunjuk untuk mempertahankan budaya ditempat ini, sehingga terbangunlah keraton Mawolopati yang di dirikan leluhur dulu dan sekarang supaya tidak musnah serta bisa dikenal oleh masyarakat luas terutama generasi muda.
Lamongan Jatim, tribuntipikor.com
Wisata budaya Keraton Malowopati yang ada di desa Bluluk, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan Jawa Timur, menurut cerita situs budaya peninggalan Prabu Angling Darma yang di lestarikan kembali pada tahun 2023 oleh keturunan yang ke 30, Rahmat Muzain dengan panggilan, akrabnya Pak Bos,
Untuk memasuki area Keraton yang asri dengan pemandangan dipenuhi pohon jati, tidak perlu mengeluarkan uang berlebihan hanya cukup bayar parkir kendaraan Rp.5000,- saja, pengunjung sudah bisa masuk dikawasan wisata edukasi alam, ada Kolam renang Perkebunan / Pertanian, Perikanan, Wisata Budaya, Wisata Relijius, Bumi perkemahan dan juga di sediakan tempat peristirahatan atau penginapan, yang di kelola oleh abdi dalem Keraton dalam upaya mensejahterakan para abdi.
Ada beberapa kuda sebagai daya tarik wisatawan dalam berkeliling area wisata keraton dengan menungganginya, ada joki kuda yang sudah di siapkan turut mengantar para wisatawan.
Keraton Malowopati dibangun kembali sejak tahun 2022, sudah hampir menginjak 3 tahun usia berdirinya Keraton Malowopati ini, dibangunnya keraton ini dalam rangka untuk budaya Jawa, dan tidak melupakan sejarah.
Keraton Malopati keturunan dari Joyoboyo, kemudian ke putrinya yang bernama Dewi Pramesti yang bergelar Ratu Mas Roro Ayu Dewi Pramesti yang diteruskan oleh Putranya yang bernama Angling Darmo atau Adi Darmo, yang mana kemudian diteruskan lagi oleh cucunya yang bernama Gondo Kusumo. Rahmat Muzain generasi keturunan ke 30 ini akhirnya berkesimpulan menjaga budaya Jawa dengan dibangunya kembali Keraton dalam upaya melestarikan budaya di tanah Jawa.
Ketika dilokasi tampak media tribuntipikor.com melihat seperangkat gamelan yang tertata dan hanya di mainkan pada acara sakral sebulan sekali pada malam Jum’at Wage, dan terlihat diruang utama ada singgahsana raja yang tertutup kelambu putih, yang mana dipergunakan setiap sebulan sekali pada acara sakral tersebut, konon katanya di depannya nanti ada kursi-kursi yang berjajar rapi untuk para tamu yang bertandang. (King/tim)
Editorial: Korwil Jatim