Petani di Kecamatan Dander Bojonegoro, Keluhkan Air Untuk Menanam Padi

Disampaikan bahwa akibat dari berdirinya Pabrik Air Cleo yang berada di wilayah Desa Kunci, indikasi dan diduga ada 15 desa terdampak telah mengalami kekeringan dan/atau kekurangan air guna area tanaman padi disaat tanam.

Bojonegoro Jatim, tribuntipikor.com

Petani di tiga wilayah di Kabupaten Bojonegoro keluhkan sulitnya pengairan di area sawah mereka. Padahal lokasi lahan berdekatan dengan Pintu Air dan sungai sekunder. Ketiga wilayah yang terdampak sulitnya air itu, antara lain wilayah Kecamatan Kapas, wilayah Kecamatan Kota Bojonegoro, dan wilayah Kecamatan Dander, kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur,

Sebagai bahan pertimbangan: Bahwa tanaman padi tentunya membutuhkan air yang cukup selama fase pertumbuhannya. Sementara air yang cukup dapat meningkatkan produksi pertanian serta membuat tanah menjadi subur. Disisi lain, kebutuhan air untuk irigasi pesawahan sangat besar, sekitar 1,157 liter/detik untuk setiap 1 hektar sawah, sedangkan area Pertanian di Wilayah Desa Ngraseh kecamatan Dander sendiri mencapai kurang lebih 10 Hektar area Produktif.

Kepala Desa Ngraseh M. Maftukhin selaku Ketua AKD se- Kecamatan Dander ketika ditemui di kantornya oleh media tribuntipikor.com menyampaikan Bahwa sesuai keputusan pertemuan bersama antara beberapa Kades di ke 3 wilayah terdampak tersebut, dan juga perwakilan dari Sri Wahyuni selaku anggota DPRD Propinsi Jawa Timur dari Fraksi Partai Demokrat sepakat untuk meminta 3 usulan yang nantinya dapat sebagai rujukan ke Pemkab Bojonegoro maupun ke Dinas terkait, Provinsi Jawa Timur.

Kades Maftukhin menambahkan bahwa adapun beberapa poin yang diduga menjadi penyebab dampak berkurangnya bahkan susut dan/atau habisnya volume debit Air untuk lahan pertanian di beberapa wilayah itu seperti:

  1. Pengelolaan dari mantri pengairan wilayah setempat yang jadwalnya tidak sesuai.
  2. Keberadaan Pabrik Cleo juga menjadi penyebab utama kurangnya debit air petani sekitar 30 % untuk pertanian.
  3. Sempitnya Waduk Penampung Air serta harus ada perluasan Waduk penampung air untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah tersebut.
  4. Tanah aset milik Propinsi Jatim yang ada di Dam Cindil yang berada di Desa Jatiblimbing seluas kurang Lebih 4 Hektar yang harusnya di manfaatkan untuk penampungan air, namun selama ini di gunakan untuk lahan Pertanian oleh mantri pengairan.

“Kami bersama para Kades yang terdampak, sulitnya Air untuk lahan Pertanian serta Perwakilan Petani sudah menyampaikan keluhan – keluhan Petani kepada Ibu Sri Wahyuni selaku anggota DPRD Propinsi Jawa Timur, dengan harapan beberapa keluhan Kami terkait hal ini bisa menjadi rujukan ke Dinas terkait Kabupaten Bojonegoro maupun Dinas terkait Propinsi Jawa Timur,” Ujar M. Maftukhin.

Disisi lain, Kami kembali meminta bantuan kepada pihak terkait yakni Dinas Pengairan baik Kabupaten Bojonegoro maupun Dinas terkait Propinsi Jawa Timur guna mengawal atau menyampaikan aspirasi para petani, untuk dapatnya menindaklanjuti ke empat Poin tersebut diatas, hal semata-mata agar supaya apa yang menjadi keluhan para Petani selama ini tidak lagi terjadi dan petani bisa menanam padi kembali sesuai musimnya, ungkap Kades.

Ditempat yang sama sejumlah petani di Desa Ngraseh, Muclisin, Ali Safi’i, Ghozali, merasa sangat mengeluhkan hal itu, karena Padi yang harusnya bisa mulai tanam pada akhir Oktober, tetapi hari ini hingga bulan November area sawah masih kering tanpa adanya air untuk pengairan sawah mereka.

Selain itu, Kades Maftukhin bersama beberapa petani yang terdampak juga memberi pandangan serta berharap, adanya dampak yang segnifikan itu, adalah adanya Pabrik Air Cleo yang berada di wilayah Desa Kunci. Itu sangat mengurangi pajunya debit air untuk pertanian sekitar 30% lebih, oleh sebab itu, tentu harus ada tindakan yang pasti dari pihak pemerintah Kabupaten Bojonegoro guna menghentikan aktifitas pabrik tersebut.

“Ya, petani di berbagai wilayah terutama di Desa Ngraseh, sudah sangat banyak yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan air untuk menanam padi, yang mana harusnya petani bisa tanam Padi bulan Oktober, namun saat ini, sampai bulan November, mereka tidak bisa menanam padi, padahal bila mengacu pada usia bibit padi, sudah saatnya padi bisa di tanam. Ujar sejumlah petani dan Muchlisin selaku petani sekaligus Ketua HIPPA Desa Ngraseh.

Olehnya, melalui Media tribuntipikor.com sebagai pilar ke 4 pemerintah dan sebagai sosial control kebijakan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten, bersama seluruh Desa dan Petani yang terdampak memohon Kepada Dinas Terkait khususnya Pemkab Bojonegoro serta Dinas terkait Propinsi Jawa Timur, kiranya dapat segera turun tangan guna merespon keluhan – keluhan kami terutama 4 Point tersebut diatas sebagai dampak kurangnya Air untuk area persawahan warga kami. (King/tim)

Editorial: Korwil Jatim

Pos terkait