Bincang – Agung DePe: Memamerkan hasil survei toh akhirnya sepadan slogan di spanduk saja.
Bojonegoro Jatim, tribuntipikor.com
Nah.!, ketika politik dibuat takhayul kita bicara yang lucu-lucu saja. Kegaiban mesti dipetakan, sebelum pikiran matang.
Poltracking Indonesia telah merilis hasil survei elektabilitas Cabup-Cawabup Bojonegoro 2024. Hasilnya, pasangan Calon nomor urut 02 Wahono – Nurul diunggulkan fantastis, tak main-main ditautkan angka mencapai 78, 6%.
Tebak-tebakan lantas muncul, apa Poltracking Indonesia menjalankan proses dengan netral? Metode penelitian yang baku? Kerja sistematis dengan data dan angka kredibel?
Ah., kita kembali bicara yang lucu-lucu selalu. Biarlah hasil survei itu menjadi angka azimat kedigdayaan bagi yang telah membayarnya.
“Memamerkan hasil survei toh akhirnya sepadan slogan di spanduk saja.”
Sebagai bahasa keakraban yang mustahil. Kedekatan gambar yang tidak saling menyapa: hanya hasrat agar dikenal, hanya hasrat agar diingat, ambisi, narsisme, kebohongan. Sebab, dalam bahasa Inggris biasa disebut mediocrity.
Hasil survei hanyalah nilai dugaan. Juga, kemungkinan motifnya bermacam-macam. Pun, reputasi dan integritas lembaga survei bukan patokan buat dianggap pemberi warta kebenaran.
Kita boleh bertanya, itu riset ilmiah atau konsultan politik? Ada istilah “bandwagon effect” yang bermakna survei digunakan sebagai pembentuk opini (opinion making).
Dus, berjarak waktu sedepa sejak Poltracking Indonesia mengumumkan hasil surveinya untuk elektabilitas Cabup-Cawabup Bojonegoro (19/10/2024), terkini, Poltracking Indonesia disanksi gara-gara memaparkan hasil survei beda dengan LSI di Pilkada Jakarta 2024.
Bahkan, Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) menjatuhkan sanksi kepada Poltracking Indonesia untuk ke depan tidak diperbolehkan mempublikasikan hasil survei tanpa terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dan pemeriksaan data oleh Dewan Etik. Kecuali bila Poltracking Indonesia tidak lagi menjadi anggota Persepi.
Saya bukan pendebat angka-angka dingin hasil sulapan ahli statistik yang konon bisa memutuskan nasib. Saya cair saja, kadang puitis dalam menilai proses politik di Bojonegoro.
Hasil survei membimbing penilaian saya terhadap adanya ancaman, kekurangan, kesempatan, akurasi, juga kemelesetan.
Biarlah, ia yang memborong hasil survei menjaga jarak sebagai tontonan. Di sana ada produksi ilusi. Memperdayai percakapan. Cacat dasarnya, 78,6 % itu adalah kaki tangan oligarki. Cacat dasarnya, 78,6% itu adalah tubuh 14 partai. Maka, untuk menang sangat perlu gaslighting (penyesatan). (King)