Pencatutan IPNU di Brosur Paslon 02 Sangat Disayangkan

Amrozi: Kan yang begitu itu gak benar, sebab usia kepengurusan di IPNU itu sesuai AD ART adalah 13-24 tahun

Bojonegoro Jatim, tribuntipikor.com

Beredarnya brosur profil Nurul Azizah yang menyatakan diri pernah menjadi pengurus PC IPNU Bojonegoro membuat sejumlah alumni PC IPNU Bojonegoro prihatin. Apalagi dalam brosur tersebut banyak sekali kesalahan fatal, sehingga terkesan pembuatan biodata di brosur tersebut asal-asalan.

Pengurus Cabang Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC MA IPNU) Bojonegoro menyayangkan tindakan Pasangan Calon (Paslon) Nomor Urut 02 yang biodatanya mencantumkan dirinya pernah menjadi pengurus IPNU periode 2011-2015 di brosur kampanye yang kini sudah beredar di masyarakat.

Sekretaris PC MA IPNU Bojonegoro, Amrozi mengatakan tentunya tidak elok mencatut organisasi IPNU hanya untuk kepentingan pemenangan pilkada. Menurutnya, IPNU sebagai pusat pengkaderan pertama di tubuh NU mempunyai database anggota yang tercatat dengan jelas.

Sehingga tidak boleh ada orang yang mengatakan pernah menjadi pengurus IPNU tanpa bukti Syahadah Pengkaderan yang valid.

“Artinya, kami tahu seluruh warga NU yang ada di Bojonegoro ini pernah terkader di IPNU atau tidak,” jelas pria yang pernah menjabat sebagai sekretaris PC IPNU Bojonegoro ini.

Pria yang kini menjabat sebagai ketua PC Sarbumusi NU ini menambahkan, pencatutan yang dilakukan Paslon No. Urut 02 ini sangat ceroboh, terutama soal periodesasi kepengurusannya tertulis tahun 2011 – 2015. Yang berarti pada saat menjadi pengurus, Bu Nurul sudah berusia 42 tahun.

Kesalahan fatal lainya, menurut Amrozi adalah istilah singkatan. IPNU adalah singkatan untuk Pelajar Putra, sedangkan untuk pelajar perempuan istilahnya adalah IPPNU yang merupakan singkatan dari Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

“Nah, jadi bagaimana mungkin pernah menjadi pengurus kalau istilah singkatan saja tidak tahu,” jelas pria yang juga penggerak di Lesbumi NU ini.

Untuk itu, ia berharap, seluruh kader IPNU di Bojonegoro agar lebih jeli lagi dalam memilih pemimpin. Jangan sampai orang yang pernah mencatut nama IPNU seperti itu dipilih untuk memimpin kita yang mayoritas warga NU.

“Kita sudah kenyang mendorong mobil mogok, setelah mobil jalan kita ditinggal,” pungkasnya. (King/tim)

Pos terkait