Harapan Para Pedagang Untuk Obyek Wisata Bukit Suharto Yang Tengah Kembang Kempis

Ponorogo Jatim, tribuntipikor.com

Obyek Wisata Bukit Suharto yang terletak di wilayah desa Biting, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, merupakan salah satu wisata buatan yang pernah mencapai titik jaya usai pandemi covid 19 dan digadang gadang mampu menjadi salah satu penyegar bagi destinasi wisata ataupun rest area yang berada di wilayah Kecamatan Badegan,

Selain memiliki berbagai fasilitas seperti kolam renang yang menjadi andalan, beberapa fasilitas seperti tempat bermain anak, taman dan monumen Suharto yang menjadi ikon tempat tersebut, wisata bukit suharto juga berada pada tempat yang sangat strategis, karena terletak di pinggir jalan nasional yang menghubungkan antara propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Dari kelebihan kelebihan yang ada, disertai dengan manajemen pengelolaan yang baik, tentu akan bisa mendukung perkembangan wisata yang recommended bagi pengunjung lokal maupun luar daerah untuk sengaja datang ataupun sekedar mampir beristirahat ditengah perjalanan mereka.

Namun hal itu berbanding terbalik dengan kondisi yang ada saat ini, Bukit Suharto sudah sangat jauh berubah dibanding dengan tahun tahun awal keberadaannya. Berbagai fasilitas yang dulu bersih dan indah kini nampak kusam, di berbagai sudut juga nampak kotor tak terawat, bahkan wahana kolam renang utama yang diharapkan mampu berkontribusi menarik minat orang untuk mengunjungi kembali tempat itu, juga telah rusak dan tidak dapat di fungsikan lagi sebagaimana mestinya.

Dari perbincangan dengan Wahyu Kuncoro, salah seorang pedagang yang juga ketua paguyuban pedagang di Bukit Suharto, pada Rabu (16/10) yang nampak pasrah dan mengeluhkan dengan keadaan yang dirasa semakin terpuruk dan berlarut larut tanpa ada perkembangan berarti.

“Keadaan saat ini sepi mas, ya kalaupun ada hanya satu dua orang pengunjung”, ucapnya saat ditemui awak media di lapaknya yang sepi.

Menurutnya penurunan pengunjung yang signifikan di tahun tahun belakangan ini, sangat berpengaruh pada perputaran ekonomi di kawasan wisata tersebut, bahkan disampaikannya pula bahwa jumlah karyawan pengelola yang dahulu mencapai 40 orang kini tinggal 7 orang saja, itupun dengan gaji yang selalu telat di bayarkan.

Sampai saat inipun Bukit Suharto, masih belum ada pembaruan atau rehabilitasi yang dilakukan, baik oleh pihak management maupun penaung, yang dalam hal ini perhutani melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat.

“Memang kondisinya kaya begini mas untuk perawatan, mungkin bisa dilihat dari kebersihan ajalah, udah banyak karyawan yang keluar karena tidak mampu bayar mereka” terangnya.

Hal itu mau tidak mau juga berimbas pada pedagang yang mulai enggan untuk menempati lapak lapak mereka. Terlihat satu dua orang yang nampak bertahan menggelar dagangan, sedangkan yang lain lebih memilih untuk menutup lapak mereka dengan terpal atau membuka usaha ditempat lain.

“Di sini ada 17 kios yang aktif, cuma sekarang banyak yang tidak aktif dan jika hari minggu, cuma sekitar 10 orang saja yang mau buka” ungkap Kuncoro panggilan akrabnya.

Adapun harapan yang disampaikan oleh Wahyu Kuncoro mewakili teman temannya, adalah adanya dukungan anggaran pihak terkait serta investor yang mau memberikan support guna mendongkrak kembali kejayaan obyek wisata Bukit Suharto. Dengan jalan itu nanti secara otomatis juga akan mendukung geliat ekonomi para pedagang yang ada. (Bws/Tim)

Editorial: Korwil Jatim

Pos terkait