Bojonegoro Jatim, tribuntipikor.com
Kerajaan Malowopati, Prabu Angling Dharma, kabupaten Bojonegoro, memang banyak sekali berbagai unsur mistisnya, dari adat budaya hingga destinasi tempat-tempat Wisata religi kearifan lokal. Hal itu terbukti dari banyaknya sejumlah Gua-Gua yang ada dan pembesar-pembesar raja diraja yang begitu takut dengan keberadaan sebuah kerajaan kecil bernama Malowopati. Bahkan sampai sekarangpun masih dipertimbangkan oleh seorang “Persiden yang notabenya belum pernah menginjakkan kakinya kebumi Malowopati Angling Dharma, kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Giat kebersamaan ini, dilakukan dengan kegotongroyongan serta atas dasar budaya kearifan lokal dalam bentuk wujud syukur bahwa seluruh dusun diwilayah Desa Sumberarum yang konon nama Sumberarum adalah merupakan sumber yang banyak mengandung unsur Sumber Aroma atau Bunga.
Sedangkan arti dari bunga itu sendiri merupakan sebuah berkhah, berkhah yang dalam bentuk keharuman sejati. Belum lagi ditambah adanya berbagai berkah sumber, salah satunya adanya berbagai sumber air, sedangkan air itu sendiri merupakan sebuah sumber daripada kehidupan.
Untuk itulah hingga sekarang, Pemerintah Desa (Pemdes) melalui dan bekerjasama dengan LMDH (Lembaga Masyarakat Daerah Hutan) serta Pesanggem dengan yakin serta tetap mengemban dan melaksanakan Nguri Wuri adat budaya kearifan lokal tersebut dalam bentuk Nyadran atau biasa disebut Manganan.
Hal itu terbukti dengan telah usainya melaksanakan Gebyar manganan di Gua Sumur dukuhan Gua Sumur, Sumberarum pada Jumat pahing beberapa bulan lalu, yang kemudian dilanjutkan Grebek Manganan pada Sabtu pon (11/06/22) tiga bulan lalu diwilayah dusun Gua Lowo yang bernama Sumber air Langgar dan/atau Sumber air Masjid sekarang.
Berlanjut untuk hari minggu kliwon tanggal 10 September 2022 pukul 09:09 Wib bertempat dihalaman Gua Lowo, dusun Gua Lowo, semakin berbeda dan bertambah pakem. Dimana Pemerintah Desa (Pemdes) melalui LMDH Jati Arum Sumberarum kali ini ternyata juga bersama Sanggar Agung Malowopati (SAM), sehingga keyakinan dan semangat dalam melaksanakan Nguri Wuri adat budaya Jawa dengan melaksanakan Giat Nyadran atau biasa disebut Manganan bersama seluruh warga desa dusun Angling Kusuma, serta dusun Gua lowo semakin kuat dan pakem.
Dalam penyampaiannya Kades V. Sugeng mengatakan sedikit banyak alur sejarah terwujudnya destinasi wisata sejumlah Gua-Gua yang berada diwilayah Desa Sumberarum salah satunya Gua Lowo.
Disebut Gua Lowo karena didalamnya banyak sekali binatang kelelawar atau dalam bahasa Jawa disebut binatang Lowo (red).
Harapkan kami dari pihak terkait yaitu pemerintahan kabupaten Bojonegoro bisa lebih dapat membantu dan memperhatikan adanya adat budaya kearifan lokal yang bersumber dari berbagai sumber alam, dimana dimalowopati bumi Angling Dharma kabupaten Bojonegoro ini, adalah Sumber daripada sumber kultural adat budaya yang tentunya juga bisa menjadi mercusuar destinasi wisata diberbagai kabupaten bahkan mancanegara atau dunia. Pungkasnya.
Dalam penyampaiannya Agung Wibowo selaku Asper RPH Sumberarum BKPH wilayah Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro mengucapkan terimakasih ya kepada Kades Sumberarum, LMDH Jati Arum serta seluruh Pesanggem Pesanggem wilayah dukuhan Gus Lowo, untuk lahan perhutani kami berpesan agar juga diperhatikan perawatannya, khususnya untuk tanaman minyak kayu putih, terutama bila membakar lahan agar dijaga karena pohon minyak kayu putih ini rentan hawa panas. Ungkapnya.
Dikesempatan yang sama, Suhardi selaku ketua LMDH yang juga sebagai Ketua BPD desa Sumberarum, kecamatan Dander kepada media Tribuntipikor.com mengatakan bahwa desanya ini setiap tahun selalu mengadakan dan/atau melaksanakan
Grebek Manganan yang dilakukan oleh warga masyarakat di wilayah dusun Gua Lowo, ini juga salah satu bentuk
Nguri Wuri adat budaya kearifan lokal dengan diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan sejarah. Ungkap Hardi panggilan akrabnya.
Sehingga bentuk kepedulian tersebut dilakukan melalui wujud Manganan ataupun yang disebut Nyadran, semata-mata atas limpahanNya berupa sumber air, hasil padi, kesehatan dan lain-lain, jadi janganlah diartikan lain, siriklah, apalah, sehingga tidak sampai terjadi kesalahpahaman. Bahkan tidak ada tendensi apapun apalagi terkait sebuah agama. Pungkasnya. (Kin)
Reporter: Solikin.gy
Editorial: Solikin.gy