Wabup Bojonegoro Hadiri Sedekah Bumi di Desa Kepohkidul Kedungadem

Bojonegoro Jatim, tribuntipikor.com

Tradisi Sedekah Bumi dan/atau Nyadran merupakan salah satu tradisi peninggalan leluhur yang masih kuat dan melekat bagi orang Jawa, bentuk tradisi ini bagi orang Jawa, adalah bentuk rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa atas rizki yang telah diberikan berupa sandang, pangan dan papan kepada masyarakat. Tak terkecuali Tradisi Sedekah Bumi yang mana selalu dilaksakan oleh semua masyarakat desa Kepohkidul di setiap tahunnya, disamping hal itu sudah menjadi tradisi serta adat desa.

Tujuan mengadakan tradisi Nyadran ini adalah untuk mengirim do’a kepada leluhur, agar masyarakat yang masih hidup senantiasa diberi kehidupan yang aman dan tentram serta bahagia, biasa di sebut juga “Gemah Ripah Lohjinawe”.

Pantauan awak media dilokasi pada Minggu (03/07), antusias warga masyarakat berbondong-bondong datang ke makam dusun untuk tahlil dan do’a bersama, kemudian di lanjutkan dengan hiburan langen tayub Margo Laras pimpinan bapak Ratno, dari wilayah kecamatan bluluk, Kabupaten lamongan. yang berlangsung di halaman rumah kepala desa (Kades) kepohkidul, Kecamatan Kedungadem.

Dipenyampaian nya Kades Samudi, dalam sambutanya mengatakan, sedekah bumi ini merupakan salah satu cara bentuk rasa syukur seluruh masyarakat desa yang telah diberikan berkah rejeki kesehatan lahir maupun batin oleh Allah. Disamping itu serta bentuk nguri-nguri adat budaya nenek moyang kita yang dari dulu telah mewariskan adat budaya sedekah bumi ini.

Samudi mengungkapkan bahwa dirinya terpilih sebagai kepala desa (Kades) atas dukungan dan suara masyarakat. Maka dari itu, dirinya harus mengikuti apa yang menjadi keinginan warga.

”Saya di pilih menjadi Kades kan dari masyarakat tentunya harus bisa menuruti apa mintanya masyarakat. Termasuk, adanya hiburan langen tayub ini. Karena, masyarakat desa kepohkidul itu kebanyakan sukanya dengan langen tayub.” jelasnya.

Ia berharap acara sedekah bumi yang dilaksanakan hari ini berjalan lancar dan semua masyarakat untuk selalu ikut serta menjaga kamtibmas.

Masih menurut Samudi, nilai nilai kerukunan dan kebersamaan harus tetap dijaga. Tetap dipelihara dan tetap dilestarikan. Jangan sampai tergerus oleh zaman.

Bukan hanya itu saja, Samudi juga mengucapkan terima kasih khususnya kepada warga masyarakat desa kepohkidul yang telah berpartisipasi baik moril maupun materiil hingga terlaksananya kegiatan sedekah bumi pada hari ini serta kehadiran orang nomor dua di Bojonegoro (Wabup).

Dikesempatan yang sama, Wakil Bupati (Wabup) Bojonegoro, Budi Irawanto, menyebutkan bahwa nyadran merupakan tradisi turun temurun dari leluhur sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Olehnya, pria yang akrab disapa Mas Wawan ini berharap agar tradisi Nyadran ini terus dilestarikan.

“Jangan sampai tradisi yang adiluhung ini terkikis oleh zaman,” kata Mas Wawan.

Tradisi nyadran juga sebagai wadah masyarakat untuk saling bergotong royong dalam membangun desa, ikut peduli terhadap kemajuan dan kemandirian desa. Tambahnya.

“Tentunya saya berharap, tradisi yang baik ini bisa terus dilestarikan,” ungkapnya.

Perlu diketahui: Sejak dampak pandemi Covid-19 melanda dan/atau menerpa, dan hari ini adalah pertama kalinya Kegiatan nyadran baru bisa dilakukan warga desa Kepohkidul, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Selain para tokoh dan kepala desa di luar Kepohkidul, kegiatan tersebut juga dihadiri Wabup Bojonegoro Budi Irawanto. Dengan mengambil tema “Kita Tingkatkan Rasa Persatuan dan Kerukunan Warga menuju Masyarakat yang Mandiri dan Sejahtera”. (Kin)

Editorial: Solikin.gy

Pos terkait