Subulussalam, tribuntipikor.com
27/10/21 | Seret kemeja Hijau Pelaku kekerasan, ancaman, Intimidasi Para Wartawan yang saat ini sudah viral Percobaan ancaman kekerasan saat melakukan peliputan di kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Tenggara Tegas M.Yantoro Sekertaris Perkumpulan Jurnalus Kota subulussalam memberi penjelasannya menanggapi kejdian pada Jurnalis diacwh tenggara dan Kota Subulussalam.
kembali terjadi terhadap juru warta, yang kali ini menimpa wartawan sekaligus Wakil Kepala Biro (Wakabiro) Media Online Nasional Sniper.news Aceh Tenggara (Agara) Muhariadi, Kamis (21/10/21), Junaidi Medya online Aceh ekspres.com.
Kejadian pengancaman dengan menggunakan benda tajam (Cangkul-red) terhadap awak media Snipers.news tak hanya menimpa Wakabiro saja, namun Kepala Perwakilan (Kaperwil) Aceh Ahmad Dalisi juga mendapatkan perlakukan yang sama, saat keduanya sedang melaksanakan tugas keredaksian.
Bermula saat Kaperwil dan Wakabiro Snipers.news sedang melakukan peliputan, terkait penutupan jalan tikus dengan dibangunnya tembok di Desa Pulonas, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara, yang notabenenya jalan tersebut adalah pintu gerbang keluar masuk bila ada kegiatan di Gedung Olah Raga (GOR) Agara.
Diketahui pula, jalan tersebut sering digunakan masyarakat untuk aktivitas berjalan kaki dalam menempuh pendidikan dan menuju jalan lintas kabupaten.
Pada saat mengambil dokumentasi objek liputan itulah, salah seorang pekerja berinisial JMD alias Auk yang diketahui merupakan warga setempat merasa tak senang dengan hadirnya awak media di lokasi, sehingga dirinya (JMD-red) mengancam dan marah-marah dengan mengejar awak Media Snipers.news sembari menghunuskan cangkul yang dibawanya.
Sontak, kejadian yang persis berada di depan Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Agara tersebut mendadak ricuh, sehingga para awak media yang kerap kumpul di Kantor PWI tersebut berhamburan guna melerai kejadian itu.
“Kita wartawan, kita berhak mengambil dokumentasi apapun untuk konfirmasi dan peliputan. Terlebih objek yang kita dokumentasikan ini yang selalu dikeluhkan masyarakat sini,” ungkap Har, panggilan akrab Wakabiro Agara Muhariadi.
Har juga mengatakan, dirinya bersama Kaperwil awalnya tidak tahu menahu permasalahannya, hingga si pekerja (JMD-red) bisa marah kepada mereka.
“Kami tidak sempat bertanya apapun, namun tiba-tiba dia (pengancam-red) langsung mengejar saya dan Kaperwil sembari mengacungkan cangkul, hingga mengenai sepeda motor saya. Disini banyak orang, termasuk wartawan dari berbagai media semua ada di sini, yang ikut menyaksikan peristiwa itu,” ujar Har.
Sebelumnya Har sempat bertanya kepada salah seorang mahasiswa yang hendak melintas di jalan tersebut, yang ternyata dirinya hendak pergi ke Kampus Universitas Gunung Lauser (UGL).
“Saya mau ke kampus bang, mau kuliah. Namun, semenjak jalan ini ditutup dengan tembok, jadi saya dan warga sini agak terganggu untuk beraktivitas, sebab ini jalan pintas yang selalu kami lalui,” kata mahasiswi yang enggan namanya di sebut.
Tak lama kemudian, datang JMD yang kala itu sedang mengerjakan tembok/pagar GOR, sambil berkata “jangan kalian beritakan, jangan kalian foto”, sembari mengacungkan cangkul yang ia bawa.
Berdasarkan penuturan Ahmad Dalisi dan Har, kejadian pengancaman itu tak berhenti sampai di situ saja, namun tak berselang lama JMD kembali mengejar Har dan Dalisi dengan tetap menggunakan cangkul yang dia bawa.
“Awalnya dia akan mencangkul saya, namun saya mengelak hingga mengenai besi belakang tempat duduk sepeda motor saya. Usai di lerai sama kawan-kawan media lain, dia lalu kembali mengejar kami berdua dengan mengacungkan cangkulnya, sambil berucap ‘ku bacok kalian nanti’,” papar Har.
Peristiwa pengancaman itu juga sempat di mediasi oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Tenggara Julkipli, namun upaya persuasif dan perdamaian hingga saat ini tidak juga direspon oleh JMD.
Sementara keja